Hari itu di bulan November yang penuh hujan pada tahun 1996 ketika kami mengunjungi koloni Maulawi Khalis di Jalalabad untuk menemui Syeikh Usamah bin Ladin di kediamannya. Pertemuan kami dengan Syeikh diatur oleh rekan dekatnya Abu Khabab al Misri, yang digambarkan sebagai ahli kimia dari organisasi Al Qaeda oleh Amerika, kemudian syahid (Insha Allah) dalam serangan drone AS di bulan Agustus 2008 di Waziristan selatan.
Syeikh Usamah bin Ladin baru tiba di Afghanistan dari Sudan dan tinggal di gedung swasta Engineer Mahmood di Nangarhar, di bawah bimbingan Maulawi Younus Khalis Baba.
Struktur bangunan ini dikelilingi oleh bangunan lain di mana rekan dekat serta pengawal Syeikh tinggal.
Kami mencapai perempatan saat mereka telah berkumpul untuk sholat Jumat di Masjid yang berada di dalam gedung. Mustafa Abul Yazid yang ditunjuk sebagai kepala militer Al Qaeda di Afghanistan pada tahun 2007 dan menjadi martir di Waziristan dalam serangan pesawat tak berawak pada 2010, memberikan khutbah Jumat.
Sehari sebelumnya, Taliban di Kabul telah mengumumkan secara resmi kehadiran Syeikh Usamah di kawasan yang dikendalikan oleh mereka dan itu adalah pertama kalinya mereka menggunakan pengeras suara untuk khutbah dan sholat Jumat.
Kami ditawarkan untuk sholat di belakang Abu Muhammad al Misri dan kemudian menuju wisma tempat kami bergabung dengan Syeikh Usamah dan wakilnya, Abu Hafs al Misir (Muhammad Atif).
Saya belum pernah bertemu Syeikh Usamah namun Abu Khabab al Misri mengidentifikasi Syeikh dari jauh dan yang lainnya sebagai Abu Hafs al Misri.
Kami mulai makan siang setelah perkenalan formal. Disamping Syeikh Usamah dan Abu Hafs, beberapa pengawal mereka juga bergabung dengan kami untuk makan siang. Meskipun makanan tidak sampai standar acara seremonial, namun saat itu hidangan sangat lezat, dapat dinikmati oleh para tamu yang hadir.
Saat kami makan, Syeikh Usamah berbicara tentang sulitnya menuju Afghanistan untuk mengurus tamu-tamu mereka dan sangat memuji atribut ini. Teh disajikan setelah makan siang sesuai dengan budaya Afghanistan dan Syeikh memulai pidatonya. Dia mulai bicara formal pada awal minum teh dan ia terlihat akrab dengan budaya Afghanistan.
Syeikh Usamah mulai menanyakan kepada saya pesan dari Taliban yang diberikan untuk mendukungnya. Saya mengatakan kepadanya bahwa Taliban telah mengumumkan kehadirannya dan menyatakan dukungan baginya di daerah di bawah kendali mereka kepada media saat konferensi pers kemarin.
Syeikh senang dengan berita ini dan kemudian menceritakan kisah mengenai presiden Sudan, Omar Bashir, yang mengusirnya di bawah tekanan Amerika.
Dia berulang kali memuji dan berterima kasih kepada Taliban dan Mujahidin Khalis Baba yang menghormati tamu-tamu mereka dan memberinya bantuan khusus dan mengatakan bahwa Afghanistan adalah bangsa yang memiliki sedikit kompetisi ketika didatangkan kepada mereka mengenai keberanian Islam.
Dia berbicara dengan nada sangat lembut dan memberikan saya banyak informasi tentang metodologi Jihad dalam pertemuan tenang tersebut.
Dia mulai berbicara mengenai studi ekonominya di Universitas Malik Faisal di Arab Saudi, kemudian ia terhubung dengan organisasi Ikhwanul Muslimin di tahap awal kehidupan politiknya, partisipasinya dalam jihad melawan Soviet di Afghanistan, kemenangan Mujahidin dan runtuhnya komunisme secara sistematis dijelaskan satu demi satu.
Diikuti dengan pembicaraan panjang lebar mengenai plot merusak Amerika terhadap Islam setelah kekalahan komunisme dan tentang pembelaan dunia Islam dalam memerangi plot tersebut. Pada saat itu, tidak ada gerakan yang diberikan mengenai suatu konfrontasi militer besar dengan Amerika melainkan dari ceramahnya menguraikan mengenai bagaimana ummat Islam harus menyadari hal ini dan berpikir tentang bagaimana untuk membebaskan diri dari konspirasi Barat ini.
Dia terus berbicara sampai seruan sholat Ashar terdengar. Kemudian kami menuju Masjid bersama-sama, sholat berjamaah dan berjalan kembali ke pintu gerbang rumah tamu. Saat itu kami pergi meninggalkan pertemuan, kemudian Abu Hafsh membawa kami menuju pintu keluar dan kami menuju kota Jalalabad.
Enam tahun kemudian, di bulan Agustus 2001, kami mengadakan pertemuan terkahir kami di Kandahar. Kali ini kami bertemu di rumahnya yang terletak di daerah Lo Wiyala, kota Kandahar.
Banyak perbedaan yang kami lihat dari pembicaraan Syeikh, Kali ini Syeikh Usamah bin Ladin berbicara mengenai tindakan dan mengambil langkah secara fisik di medan pertempuan melawan Amerika. Sebuah peta geografis rinci digantung di wisma pribadinya. Perbatasan semua negara yang pernah jatuh di bawah kekuasaan Ustmani disorot. Syeikh Usamah mengatakan sementara menunjuk arah petanya, menyebutkan bahwa seluruh wilayah ini pernah bersatu di bawah kekhalifahan Islam, namun terpecah menjadi berbagai negara di bawah perjanjian Sykes-Picot di tahun 1915-1916. Ia mengatakan bahwa Muslim harus bekerja untuk menyatukan kembali wilayah yang terfragmentasi dan mendirikan kekhilafahan Islam di atasnya.
Kali ini Syeikh diikuti oleh Ayman Az Zawahiri, yang selalu menginterupsi pembicaraannya dari waktu ke waktu.
Sebulan setelah pertemuan ini, peristiwa berdarah di bulan September terjadi dan memberikan sisi praktis konfrontasi antara Syeikh dan Amerika dan pada saat yang sama, juga membawa dalih menjatuhkan pemerintahan Taliban di Afghanistan.
Sepuluh tahun setelah peristiwa berdarah, Amerika membunuh Syeikh Usamah bin Ladin (insha Allah syahid) dalam serangan militer di kota Abbottabad dan dengan demikian berakhir satu bab dari konfrontasi yang sedang berlangsung antara Syeikh dengan amerika.
Kini setelah satu tahun kematian Syeikh, kecemasan yang dibawa oleh konfrontasi masih dirasakan oleh Amerika baik di dalam maupun di luar Amerika. Di luar Amerika, lonceng peringatan berdering di Kedutaan Amerika di Kabul pada hari pertama di mana peringatan satu tahun kematian Syeikh Usamah terjadi .
Jika masalah sebenarnya adalah konfrontasi antara Syeikh Usamah dan Amerika, maka seharusnya itu telah selesai pada tahun lalu, namun jika konfrontasi ini menjadi alasan untuk menduduki Afghanistan dan menganiaya rakyatnya maka saya percaya bahwa hal itu tidak akan pernah terpecahkan selama bertahun-tahun dan tidak akan pernah menemukan akhir. Nasib Amerika akan sama dengan yang terjadi pada Uni soviet.
Imarah Islam Afghanistan
(haninmazaya/arrahmah.com)