KABUL (Arrahmah.id) — Donald Trump memenangkan Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024. Pemerintahan Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) pun berharap ada babak baru hubungan AS dengan Afghanistan.
“Pemerintah berharap pemerintahan Trump di masa depan akan mengambil langkah-langkah realistis menuju kemajuan nyata dalam hubungan antara kedua negara dan kedua negara akan mampu membuka babak baru dalam hubungan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri IIA, Abdul Qahar Balkhi, dalam sebuah postingan di X, dilansir AFP (6/11/2024).
Balkhi menyebut Trump, saat periode pertamanya sebagai Presiden AS, telah memimpin perjanjian damai dengan IIA yang membuka jalan bagi penarikan pasukan AS pada tahun 2021. Perjanjian itu menandai berakhirnya 20 tahun operasi AS di Afghanistan.
Perjanjian itu ditandatangani pada 29 Februari 2020 di Doha, Qatar. Perjanjian ditandatangani IIA dan AS di bawah kepemimpinan Trump, namun tidak melibatkan pemerintah Afghanistan yang saat itu berkuasa.
Partai Republik telah mengecam penerus Trump, Presiden AS Joe Biden, atas kekacauan yang terjadi selama penarikan pasukan. Penarikan pasukan itu mengakibatkan kematian 13 anggota militer AS dalam serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul dan perebutan kembali ibu kota oleh IIA.
Biden telah dikritik karena memaksakan penarikan yang disepakati di Doha tanpa memaksa IIA untuk mematuhi persyaratan seperti kesepakatan gencatan senjata antara militan dan pemerintah di Kabul.
Trump menjadikan kritik terhadap cara Biden menangani penarikan diri dari Afghanistan sebagai catatan penting dalam kampanyenya melawan calon Presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris. (hanoum/arrahmah.id)