KABUL (Arrahmah.id) — Para pejabat Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) telah membantah penegasan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini bahwa Cina memegang kendali atas bekas pangkalan militer penting yang dioperasikan AS di Afghanistan.
Pangkalan Udara Bagram yang luas yang dimaksud itu terletak sekitar 44 kilometer di sebelah utara ibu kota nasional, Kabul. Pangkalan ini menjadi komando sentral bagi kampanye militer pimpinan AS selama 20 tahun di negara tersebut hingga seluruh pasukan AS dan NATO ditarik mundur pada Agustus 2021 dan IIA merebut kembali kekuasaan.
“Mereka harus menahan diri dari mengeluarkan pernyataan emosional yang didasarkan pada informasi tidak berdasar,” kata juru bicara IIA Zabihullah Mujahid kepada badan penyiaran pemerintah ketika dimintai tanggapan mengenai klaim Trump bahwa Cina sekarang ini mengendalikan pangkalan udara itu.
“Bagram dikontrol oleh rezim Imarah Islam, bukan Cina. Pasukan Cina tidak ada di sini, kami juga tidak punya perjanjian semacam itu dengan negara mana pun,” kata Mujahid, dikutip dari VOA (2/3/2025).
“Kami meminta agar tim [penasihat] Trump menjelaskan kepadanya dan mengoreksi informasinya mengenai Afghanistan.”
Trump merundingkan perjanjian penarikan pasukan dengan IIA pada Februari 2020 dalam masa jabatannya yang pertama. Namun, kesepakatan itu dilakukan di bawah Presiden Joe Biden.
Trump mengklaim dalam berbagai pidato kampanye pemilihannya bahwa Bagram berada di bawah kendali Tentara Pembebasan Rakyat Cina, dan ia menegaskannya kembali sebelum rapat Kabinetnya yang pertama pada Rabu lalu, dengan mengatakan Biden seharusnya mempertahankan kontrol atas bekas pangkalan AS itu.
Beijing telah meningkatkan kerja sama dengan Afghanistan yang dipimpin IIA sejak kepergian pasukan AS tetapi membantah keras keberadaan militernya di negara itu.
“Kami akan keluar, tetapi kami akan mempertahankan Bagram, bukan karena Afghanistan tetapi karena Cina, karena letaknya persis satu jam dari tempat di mana China membuat rudal-rudal nuklirnya,” kata Trump dalam pidatonya hari Rabu. “Dan tahukah Anda siapa yang mendudukinya sekarang? China. Biden yang menyerahkannya,” kata Trump.
Presiden AS itu mengkritik pemerintahan sebelumnya atas apa yang ia sebut sebagai penarikan militer “yang ditangani dengan buruk,” dengan mengatakan pasukan yang ditarik telah meninggalkan peralatan bernilai miliaran dolar.
Trump menyatakan bahwa IIA menjual peralatan buatan AS, membuat Afghanistan menjadi “salah satu penjual terbesar” peralatan militer di dunia.
“Dapatkan Anda mempercayainya? Mereka menjual 777 ribu senapan, 70 ribu truk dan kendaraan berlapis baja – 70 ribu … Ini 70 ribu kendaraan yang kita miliki di sana, dan kita tinggalkan itu untuk mereka. Saya pikir kita harus mendapatkannya kembali,” kata Trump.
Trump berjanji untuk mengambil kembali peralatan militer dari IIA jika Washington mengalokasikan “miliaran dolar” dalam bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan.
“Dan jika kita melakukan itu, saya pikir mereka harus mengembalikan peralatan kita. Dan saya Beritahu Pete untuk mempelajari itu,” kata Trump, menunjuk pada Menteri Pertahanan Pete Hegseth yang duduk di sebelahnya.
Mujahid menanggapi klaim Trump pada hari Sabtu, menyatakan bahwa peralatan militer yang diberikan untuk bekas pemerintah di Kabul yang didukung AS dan kini menjadi milik IIA sebagai “rampasan perang.”
Mujahid menambahkan bahwa IIA menggunakan peralatan untuk membela Afghanistan dan akan digunakan untuk menanggapi intervensi apa pun yang bertujuan untuk merebutnya kembali. Mujahid mengatakan bahwa jika AS bersikeras untuk mengambil kembali peralatan militer, Kabul berhak mengharapkan mendapatkan ganti rugi perang yang besar atas konsekuensi yang telah dialami warga Afghanistan selama konflik dua dekade terakhir.
Sebuah laporan Departemen Pertahanan AS mendapati bahwa Washington menyediakan peralatan senilai $18,6 miliar untuk Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan dari 2005 hingga 2021. Perangkat keras bernilai sekitar $7 miliar masih berada di Afghanistan selama penarikan mundur pasukan, termasuk pesawat, amunisi udara-ke-darat, kendaraan militer, persenjataan, peralatan komunikasi, dan material lainnya. (hanoum/arrahmah.id)