KABUL (Arrahmah.com) – Catatan tulisan dari amir Imarah Islam Afghanistan (IIA), Mullah Mohammad Omar hafidzahullah, telah muncul di masjid-masjid di seluruh jantung etnis Pashtun Afghanistan, mengancam kematian kepada siapa saja yang mengambil tawaran pemerintah boneka untuk bernegosiasi.
IIA, seperti yang dilaporkan oleh The Associated Press, sebelumnya melalui jurubicaranya membantah keras adanya berita yang mengabarkan terjadi kesepakatan damai antara pemerintah boneka dengan beberapa wakil dari kelompok “militan”.
Presiden munafik Hamid Karzai telah membuat rekonsiliasi sebagai prioritas utama dan baru-baru ini membentuk sebuah Dewan Perdamaian beranggotakan 70 orang untuk mencari solusi untuk pemberontakan.
Pada saat yang sama, koalisi pimpinan salibis AS telah meningkatkan operasi militernya dalam upaya untuk mendesak komandan IIA menuju meja perundingan.
Tidak ada tanda-tanda bahwa strategi keduanya memiliki banyak pengaruh pada kepemimpinan IIA.
Mantan anggota Taliban yang baru-baru ini mengunjungi syura di kota Quetta yang dikendalikan oleh Mullah Omar mengatakan tidak ada pembicaraan tentang negosiasi di antara mereka yang mengendalikan IIA.
“Tidak ada petinggi Taliban yang berbicara,” ujar anggota IIA yang berjanggut panjang yang tidak ingin disebutkan namanya. “Saya telah ke Quetta dan saya tahu dewas tidak membicarakan ini.”
Dalam sebuah wawancara dengan AP, ia mengatakan catatan muncul di masjid-masjid tidak lama setelah berita tentang undangan Karzai yang disiarkan di seluruh negeri. Di masa lalu, Mullah Omar terkadang menggunakan catatan tertulis atau rekaman audio untuk menyebarkan pesan.
“Kami mendengar di radio,” ujarnya dan menambahkan Karzai membuka laporan mengenai pembicaraan dengan beberapa anggota Taliban dan pemerintah.
“Tak seorang pun di desa kami memiliki televisi,” ujar seorang pria yang tergabung dalam kelompok Taliban selama 15 tahun terakhir. “Taliban tidak mengijinkan televisi.”
Bahkan jika petinggi IIA tidak berpartisipasi, sejumlah pembicaraan telah terjadi dengan mantan militan selama dua tahun terakhir, menurut anggota parlemen Afghanistan, delegasi dewan perdamaian dan mantan anggota Taliban.
Pembicaraan diadakan di berbagai tempat, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Afghanistan, ujar Habibullah Fauzi, salah seorang anggota dewan perdamaian yang pernah menjabat sebagai duta besar Taliban untuk Arab Saudi.
Otoritas boneka Afghanistan berharap banyak kepada para mantan “militan” ini, mereka berpikir mungkin para mantan Taliban ini dapat membawa Mujahidin IIA dengannya dan berdiri di sisi pemerintah.
Selama ini rumor yang berkembang mengenai pembicaraan antara pemerintah Afghanistan dengan beberapa “militan” adalah benar, tepatnya antara otoritas boneka Afghan dengan “mantan anggota Taliban”.
Telah berulangkali diumumkan oleh IIA, bahwa pihaknya tidak akan melakukan perundingan apapun sebelum tentara salibis pimpinan AS hengkang dari bumi Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)