RIYADH (Arrahmah.id) – Rapper Australia Iggy Azalea mendapat kecaman karena liriknya yang kontroversial tentang nabi dan meminta orang untuk “sujud kepada dewi” selama penampilannya di Arab Saudi pekan lalu.
Banyak yang mengutuk lirik tersebut sebagai penghujatan, dan mengecam standar ganda kerajaan dalam mengizinkan pertunjukan yang dikecam sebagai anti-Islam.
Azalea Jumat lalu (25/8/2023) tampil di turnamen esports Gamers8 di ibukota Saudi, Riyadh, menyertakan lagu Goddess , yang diawali dengan berseru kepada penonton, “Ladies, mana suara kalian, ini adalah dunia wanita!”
Liriknya dikecam secara luas karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam, baik di dalam maupun di luar Arab Saudi, dengan kalimat “ceramah tentang nabi, tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan kita, tunduk pada sang dewi” yang menimbulkan reaksi keras.
Pertunjukan tersebut terjadi ketika Arab Saudi semakin terbuka terhadap hiburan, sebagai bagian dari Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sebuah upaya untuk mendiversifikasi kerajaan tersebut dari minyak dan menyambut lebih banyak wisatawan.
Namun, pertunjukan tersebut mengejutkan banyak orang karena bahasa yang digunakan, terutama karena Arab Saudi sebelumnya telah memenjarakan orang-orang karena mempromosikan “kemurtadan, ketidakpercayaan, dan ateisme”.
Banyak pengguna media sosial yang menyuarakan pendapatnya tentang konser tersebut secara online.
“Arab Saudi baru saja menghukum mati pengguna akun Twitter anonim dengan 10 pengikut karena mengkritik Mohammed bin Salman. Sementara itu, Iggy Azalea melakukan konser di Riyadh di mana dia mengejek Allah dan Nabi-Nya di depan ribuan orang,” tulis salah satu pengguna media sosial X, yang dulu bernama Twitter.
“Dan tidak, tidak ada yang mengatakan Iggy Azalea harus dihukum mati, intinya hal itu menunjukkan prioritas seorang penguasa ketika dia menganggap seseorang yang mengejeknya adalah kejahatan yang lebih berat daripada penistaan,” lanjut unggahan tersebut.
Salah satu pengguna media sosial bahkan mencap Azalea sebagai “pelacur” dan “bintang porno OnlyFans”, dengan kritik yang berpendapat bahwa liriknya dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap norma-norma Islam dan budaya Arab Saudi.
Arab Saudi telah lama dipandang sebagai kerajaan konservatif sekaligus penjaga situs paling suci dalam Islam.
Selama beberapa dekade sebuah komite, Memerintahkan Yang Benar dan Melarang Yang Salah, mempunyai mandat untuk membatasi hal-hal yang tidak patut dan memantau moralitas, tidak hanya di ruang publik tetapi juga dalam kehidupan pribadi. Karena hal inilah pertunjukan tersebut menjadi bahan perdebatan.
Konser Iggy Azalea juga dikritik karena pilihan pakaian sang rapper yang kontroversial. Setelah lagunya dimulai, celananya robek di sekitar pahanya yang membuat penonton bereaksi dengan ejekan yang keras.
Seorang anggota staf produksi segera naik ke panggung untuk memberi Azalea selimut untuk menutupi pahanya. Namun, dia terlihat keluar dari panggung tak lama setelah diperintahkan untuk berganti pakaian.
Di X, Azalea mengungkapkan bahwa meskipun dia mengganti pakaiannya, pihak berwenang Saudi menghentikan konser karena liriknya, yang menurutnya membuat mereka “terlalu berlebihan”.
Pengguna media sosial dengan cepat mengkritik tidak hanya penyelenggara konser, tapi juga mereka yang hadir.
Seorang pengguna mengatakan “ini adalah kekufuran, kesyirikan terang-terangan yang diucapkan di atas panggung, dan umat Islam mengulanginya di depan penonton”.
Pengguna juga mencatat bahwa Azalea dan timnya seharusnya mengetahui sejauh mana dan bahaya dampak dari tampil di Arab Saudi.
Insiden ini telah memicu perdebatan online mengenai sejauh mana penampilan Azalea pantas dan sensitivitas budaya dalam industri hiburan Saudi.
Mempertanyakan bagaimana pertunjukan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dibiarkan berlangsung di kerajaan tersebut, salah satu pengguna dengan nada mengejek bertanya, “Di mana semua ulama Saudi yang dapat mengatasi hal ini? Mereka semua dipenjara.”
Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah mengambil langkah menuju liberalisasi budaya, termasuk mengizinkan penyanyi dan rapper barat tampil di Riyadh dan Jeddah, termasuk Black Eyed Peas, Sean Paul, Enrique Iglesias dan David Guetta.
Upaya untuk memodernisasi kerajaan ini mendapat kritik dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, yang mengecam putra mahkota karena standar ganda, menyatakan bahwa warga negara Saudi tidak menikmati kebebasan yang sama seperti turis dan bahwa kerajaan tersebut menggunakan hiburan untuk menutupi kejahatan.
Sementara itu, pihak berwenang terus menerapkan tindakan tegas terhadap para pemimpin agama, aktivis hak asasi manusia, dan pembangkang politik yang menyuarakan kritik terhadap kerajaan melalui saluran media sosial mereka. (zarahamala/arrahmah.id)