JAKARTA (Arrahmah.com) – Umat Islam hanya mengenal Idul Fitri dan Idul Adha, adapun Idul Ghadir tidak pernah dikenal dalam Islam.
“Idul Ghadir merupakan hari raya kelompok Syiah yang tidak dikenal oleh umat Islam. Hari rayanya umat Islam itu ada dua. Idul Fitri dan Idul Adha. Kalau ada hari raya lain seperti Idul Ghadir yang dilakukan oleh Syiah, merupakan karangan dan penambahan dalam agama,” kata pengamat dan peneliti gerakan Syiah Ustadz Ahmad Farid Okbah, Sabtu (3/10/2015) lansir Hidayatullah.
Kata Ustadz Farid, Idul Ghadir yang diklaim Syiah sebagai hari pengangkatan Ali sebagai khalifah perlu diragukan. Sebab, kelompok Syiah menyebutkan adanya deklarasi dan suksesi penunjukan Ali sebagai khalifah di daerah Ghadir Khum, bukan di Arafah pada 18 Dzulhijjah.
“Padahal kalau betul itu sebagai deklarasi dan suksesi penunjukan kepada Imam Ali, harusnya di Arafah, ketika seluruh umat Islam berkumpul,” terangnya.
Penggagas Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini merasa janggal terkait dengan klaim Syiah yang menyatakan bahwa dalam pidato Rasulullah suksesi penganti beliau sebagai khalifah adalah Syaidina Ali bin Abu Thalib.
“Andaikan pidato Rasulullah itu sebagai suksesi pengganti beliau, mengapa Ali tidak mengumumkannya?” katanya.
Jadi, lanjut Ustadz Farid, kalau Ali tidak mengumumkan berarti dia tidak menjalankan wasiat Rasulullah dan inilah yang aneh. Menurutnya tidak ada kaitannya dengan penunjukan Ali sebagai khalifah. Justru realitanya penunjukan kepada Abu Bakar as-Siddiq, sementara Ali bin Abi Thalib berbaiat kepada Abu Bakar as-Siddiq.
“Idul Ghadir ini merupakan kedustaan Syiah yang tidak ada di dalam ajaran Islam,” tutupnya lugas.
(azm/arrahmah.com)