JAKARTA (Arrahmah.id) – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia atau PB IDI bersama stakeholder sebagai bagian emergency medical team (EMT) Indonesia mengirimkan relawan tenaga medis untuk membantu menangani korban gempa Turki.
Ketua PB IDI Moh Adib Khumaidi mengatakan respons penanganan gempa dilakukan oleh Turki sangat terstruktur.
Pasalnya, Turki termasuk salah satu negara yang siap menghadapi bencana seperti Jepang.
Untuk itu, ia berharap Indonesia dapat menjadikan penanganan korban gempa Turki sebagai pembelajaran Ketika menghadapi situasi bencana di Tanah Air.
“Ini juga menjadi suatu pembelajaran baik bagi kita di Indonesia untuk mengedepankan pola akurasi dan koordinasi di dalam penanganan bencana dalam satu sistem,” kata Adib pada acara media briefing daring, Selasa (21/2/2023).
Menurut Adib, satu sistem merupakan suatu konsep yang selalu ada dalam penanganan bencana.
Untuk itu, lanjutnya, kehadiran dokter dari IDI sebagai upaya Indonesia berkolaborasi dalam penanganan bencana bersama negara lain sekaligus melihat sistem yang digunakan oleh negara lain untuk pembelajaran bagi Indonesia membangun sebuah tim respons cepat.
“Karena kita tahu bahwa Indonesia sulit terlepas dari kondisi-kondisi bencana. Apalagi Indonesia juga sering mengalami bencana,’ paparnya.
Menurut Adib, potensi bencana yang bisa terjadi di Indonesia maka kunci utama dalam penanganan bencana tidak terlepas dari sebuah tim respons cepat baik sisi kesehatan maupun keamanan.
Selanjutnya, Adib menuturkan upaya mitigasi lainnya yakni memberi edukasi kepada masyarakat untuk waspada terhadap bencana. Adapun edukasi ini, kata dia bisa dilakukan sejak anak usia dini.
“Bagaimana Turki membuat sistem kebencanaan ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita,” ucapnya.
Diketahui PB IDI mengirimkan relawan tim medis dari Pusat Krisis Kemanusiaan PB IDI dan dari organisasi profesi dibawah naungan PB IDI, seperti Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Anestesi Indonesia (PERDATIN), Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI), Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI), serta epidemiolog.
(ameera/arrahmah.id)