(Arrahmah.com) – Menyembelih hewan qurban pada hari Idul Adha adalah amal shalih yang paling utama, lebih utama daripada sedekah dengan nilai yang sepadan atau lebih. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa qurban lebih utama daripada jihad:
“Tidak ada amalan yang lebih utama pada hari-hari (tasyriq) ini selain berkurban.” Para sahabat berkata, “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi” (HR Bukhari).
Qurban juga sangat bermanfaat di Akhirat, kelak hewan yang dikurbankan itu akan datang lengkap beserta seluruh bulu, tanduk dan kukunya.
“Tidak ada satu amalan yang paling dicintai Allah dari bani Adam pada hari Nahr (hari raya Idul Adha) selain menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) qurban itu” (HR Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Hakim).
Sedemikian agungnya syariat qurban, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecam keras orang yang memiliki kemampuan tapi enggan berkurban:
“Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berkurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami” (HR Ibnu Majah & Al-Hakim, dihasankan oleh Syaikh Albani).
Bagi orang yang berkurban, Allah akan segera memberikan ganti biaya qurban yang dia keluarkan. Karena setiap pagi Allah mengutus dua malaikat. Malaikat yang pertama berdoa: “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak,” sedangkan malaikat yang kedua berdoa: “Ya Allah, berikanlah kehancuran bagi orang pelit yang menahan hartanya” (HR Bukhari & Muslim).
Selain untuk mendekatkan diri (taqarrub) dan menyatakan kecintaan kepada Allah, qurban juga bermanfaat untuk meneguhkan nilai-nilai pengabdian, kemanusiaan, solidaritas, persaudaraan dan silaturrahim dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial demi tegaknya dakwah dan jihad.
Alhamdulillah, atas tingginya kepercayaan umat, setiap tahun IDC menerima dan menyalurkan hewan qurban ke berbagai lapisan kaum muslimin untuk mendukung syiar dan dakwah.
Tahun 2015 (1436 H), IDC bekerjasama dengan Yayasan An-Najahul Islami menyalurkan Qurban senilai Rp 528.818.900 terdiri dari:
1. SAPI: 1 ekor Limousine 986 kg dan 13 ekor sapi senilai Rp 312.000.000,-
2. KAMBING: 94 ekor Kambing senilai Rp 216.818,900,-
…Kambing/domba: Rp 2.000.000 s/d 5.000.000,-
…Sapi: Rp 15.000.000 s/d 30.000.000,-
Tahun ini, IDC kembali menerima dan menyalurkan qurban dalam enam program, antara lain:
1. QURBAN UNTUK SANTRI DI PESANTREN
Para santri adalah generasi penerus dakwah dan penopang masa depan Islam. Sedini mungkin mereka telah belajar mengorbankan masa indah dan kebahagiaan bersama keluarga tercinta untuk meniti ilmu agama. Mereka berharap agar buah tafaqquh fiddin itu kelak menjadi generasi robbani yang alim, mujahid, dan ikhlas mendakwahkan dinul Islam.
Penyaluran qurban di pesantren adalah program yang tepat sasaran, multi manfaat dan berdaya guna. Selain demi penambahan gizi santri untuk masa depan Islam, qurban di pesantren juga menjadi hiburan agar mereka juga menikmati Hari Raya Idul Adha setahun sekali.
2. QURBAN BLUSUKAN DI KAMPUNG “PAK KUMIS” (Kawasan Padat, Kumuh dan Miskin)
Dalam pendayagunaan daging qurban, syariat Islam menekankan agar dibagikan kepada fakir miskin di sekitar tempat tinggal orang yang berkurban. Namun jika di kawasan tersebut mayoritas orang mampu atau telah banyak orang yang berkurban, maka demi pemerataan distribusi, berkurban kepada fakir miskin yang lebih membutuhkan adalah lebih afdhal.
Dalam program ini, Relawan IDC siap blusukan di kawasan Pak Kumis (padat, kumuh dan miskin) untuk membantu umat untuk melakukan penyembelihan hewan qurban. Dengan program ini diharapkan agar distribusi daging qurban lebih merata, sehingga prinsip “kaljasadil waahid” dalam Islam akan terwujudkan, bahwa persaudaraan setiap muslim itu seperti kesatuan anggota tubuh.
Mari hilangkan konsentrasi/penumpukan qurban yang terpusat di daerah perkotaan. Salurkan qurban di kampung Pak Kumis, yaitu di pedesaan, kawasan padat penduduk, perkampungan kumuh dan kantong-kantong kemiskinan.
Jadikan Qurban lebih merata dan bermanfaat dengan menyalurkannya kepada saudara-saudara Muslim di daerah Pak Kumis sebagai wujud kepedulian terhadap sesama, agar saudara-saudara kita kaum dhuafa itu benar-benar merasakan indahnya solidaritas Islam.
…Tahun lalu IDC bekerjasama dengan Yayasan An-Najahul Islami menyalurkan Qurban senilai 528 juta rupiah…
3. QURBAN BERSAMA WARGA BINAAN DAKWAH DI PEDALAMAN
Dalam rangka pemerataan dakwah islamiyah, IDC menggulirkan program Dai Khusus, yaitu mengirimkan para dai ke berbagai daerah di pedalaman pelosok dan terasing.
Mereka meninggalkan kampung halaman, hijrah ke daerah pedalaman yang sama sekali asing. Dengan gigih mereka berjuang mendakwahkan ajaran Islam dan menyelamatkan akidah umat, dan membangun masyarakat utama yang sebenar-benarnya.
Di samping bermanfaat untuk solidaritas dan ukhuwah islamiyah, penyaluran qurban di daerah binaan dakwah ini sangat mendukung kerja dai, meningkatkan kesuksesan dakwah, sekaligus merekatkan hubungan dan ikatan moril antara dai/ustadz dengan umat yang menjadi tanggungjawab dakwah.
4. QURBAN DI DAERAH RAWAN PEMURTADAN & KRISTENISASI
Di berbagai penjuru tanah air, umat Islam menjadi target pemurtadan oleh para misionaris agama lain. Untuk menangkal misi kafirisasi dan memperkuat akidah umat di daerah rawan pindah agama, IDC bekerja sama dengan elemen umat dan lembaga Islam terkait memfokuskan dakwah anti pemurtadan.
Guna menunjang lancarnya dakwah dan upaya pembentengan akidah umat di daerah rawan pemurtadan, maka IDC akan menyalurkan qurban di daerah rawan pemurtadan.
…Rasulullah mengecam orang berharta tapi enggan berkurban: “Barangsiapa yang berkelapangan harta tapi tidak mau berkurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.”
5. QURBAN UNTUK MUJAHID DAN SANTRI PENGHAFAL AL-QUR’AN DI PENJARA
Ratusan mujahid dan aktivis Islam yang gigih memperjuangkan tegaknya Syariat Islam, harus menjalani hukuman penjara karena amaliah jihad mereka dianggap salah oleh rezim. Di penjara, mereka terus menjaga stabilitas ruhiyah dengan berbagai cara, antara lain menghafal Al-Qur’an (tahfizhul Qur’an).
Pada hari raya Idul Adha yang sering disebut sebagai Hari Raya Akbar ini, umat Islam seluruh dunia merayakan dua momentum kebahagiaan, yakni haji dan qurban.
Program bertajuk “Qurban Bersama Mujahid dan Santri Penghafal Al-Qur’an di Penjara” ini didedikasikan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan ta’zhim kepada ratusan mujahid di seluruh nusantara yang telah mengorbankan harta, jiwa dan raganya untuk meninggikan kalimat Allah (li i’lai kalimatillah). Demi tegaknya Syariat Islam mereka berjuang secara totalitas, meski konsekuensinya dianggap musuh oleh thaghut, hingga jasad mereka dipenjarakan rezim.
Mujahidin bukanlah manusia biasa, tetapi seutama-utamanya manusia. Rasulullah SAW bersabda:“Rasulullah SAW ditanya, siapakah orang yang mulia (utama)? Beliau menjawab, “Seorang laki-laki yang berjihad di jalan Allah” (HR Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri).
Qurban bersama mujahidin di penjara disalurkan IDC ke penjara-penjara di tanah air yang terjangkau.
Semoga dengan menyalurkan Qurban kepada para mujahidin, dapat mempertebal solidaritas, kemanusiaan dan kecintaan terhadap syariat Jihad Fisabilillah yang sangat diagungkan Islam.
(azmuttaqin/arrahmah.com)