BANDA ACEH (Arrahmah.com) – Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Provinsi Aceh berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan bernilai Islami sebagai dukungan bagi usaha mempercepat pembangunan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) sejalan dengan pemberlakuan syariat Islam di provinsi tersebut.
Ketua Orwil ICMI Aceh Prof. H. Yusny Saby di Banda Aceh, Kamis (4/3), mengatakan, upaya menyiapkan generasi muda daerah “Serambi Makkah” di masa mendatang memerlukan perhatian serius dari semua pihak, orang tua dan masyarakat, sehingga mereka memiliki rasa tanggung jawab moral terhadap masa depan anak bangsa daerah ini.
Pernyataan itu disampaikan terkait pelaksanaan seminar sehari bertema “Pesan Moral Dalam Proses Peningkatan Kualitas Pendidikan” yang menghadirkan Ketua Presidium ICMI Pusat Prof. Dr. Azyumardi Azra, Watimpres RI Prof. Dr. Mutia Hatta, Rektor Unsyiah Prof. Dr. Darni M. Daud, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh Drs. Anas M. Adam dan guru SMA Aceh Utara Drs. Yusral.
“Banyak aspek yang menjadi perhatian kita bersama dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia, termasuk di Aceh seperti moralitas yang nampaknya semakin diabaikan dan ini terlihat nyata pada saat siswa mengikuti Ujian Nasional (UN). Yang terjadi adalah sekolah berusaha sekuat tenaga dengan melanggar semua etika dan moral untuk mendapatkan nilai bagus,” katanya.
Mantan Rektor IAIN AR-Raniry Darussalam Banda Aceh tersebut mengatakan, dampak kurang baiknya dapat dilihat dari usaha sekolah yang berlomba-lomba melapor kepada pimpinan dan publik bahwa anak didiknya lulus 90-100 persen, meskipun terkadang terjadi kecurangan dalam pelaksanaan tugas-tugas di lembaga pendidikan.
Di pihak lain, pada saat siswa tersebut mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri seperti Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), nilai tinggi yang diperoleh sangat tidak berkorelasi dengan tingkat kelulusan pada fakultas pilihan mereka seperti fakultas Kedokteran hanya mampu diisi oleh 30 persen siswa tamatan lembaga pendidikan di Aceh.
“Kecurangan yang dilakukan di sekolah tentu saja tidak terlepas dari keinginan sekolah dalam memperlihatkan performance bagus kepada atasan dan kepada orang tua siswa. Kondisi ii terkait dengan instruksi atau keinginan atasan agar hasil ujian tidak memalukan. Artinya, berbagai cara ditempuh, termasuk menggadaikan kejujuran,” katanya.
Lemahnya kualitas pendidikan khususnya di Aceh sangat terkait dengan kondisi guru dan manajemen sekolah, di samping perhatian dan kebijakan pemerintah yang tidak pro-pendidikan. Terkait kemampuan guru tidak terlepas dari lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) yang menghasilkan pengajar yang profesional.
Menurut dia, lemahnya tanggung jawab LPTK terhadap kualitas lulusan terbukti dibukanya kelas jauh sampai ke kecamatan dengan mengabaikan proses belajar mengajar dengan cara kuliah seadanya. Ini bertambah runyamnya pendidikan di Aceh karena guru yang hasilkan tidak berkompeten mengajar, terutama dalam menguasai konsep (materi) pelajaran.
“Dari berbagai keprihatinan tersebut, ICMI mencoba merespon dengan memberi beberapa saran dan masukan melalui seminar sehari pada 6 Maret 2010. Seminar ini diharapkan pengelolaan pendidikan benar-benar menjunjung tinggi aspek moral sehingga menjadi modal dasar dalam membangun umat manusia, khususnya generasi muda ke depan,” demikian Yusny Saby. (ant/arrahmah.com)