KOLOMBO (Arrahmah.com) – Sebuah tindakan “keras dan berbahaya” terhadap Muslim Sri Lanka setelah pemboman mematikan pada Minggu Paskah merupakan ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan negara Sri Lanka, ungkap sebuah lembaga think tank telah memperingatkan.
Penyerang di balik pemboman gereja dan hotel pada bulan April adalah aktor pinggiran, tetapi politisi dan nasionalis Sinhala telah menggunakan serangan tersebut untuk “membenarkan tindakan yang telah melecehkan dan mempermalukan komunitas Muslim yang lebih luas,” kata International Crisis Group (ICG) dalam sebuah laporan terbaru pada Jumat (27/9/2019), sebagaimana dilansir Al-Jazeera.
Serangan yang menewaskan lebih dari 250 orang tersebut dilakukan oleh teroris ISIS. Tetapi polisi Sri Lanka mengatakan anggota cabang kelompok Muslim lokal, National Thowheed Jamath juga bertanggung jawab.
Itu adalah hari kekerasan paling mematikan di negara itu, yang masih belum pulih dari perang saudara berdarah dengan etnis separatis Tamil, dan pengalaman pertama kekerasan massa Muslim terhadap Kristen, kata laporan itu.
Sejak itu, lebih dari 1.800 Muslim ditangkap di bawah undang-undang darurat dan hampir 300 orang tetap ditahan, imbuhnya.
Umat Muslim hanya berjumlah 10 persen dari populasi yang didominasi oleh umat Buddha Sinhala di Sri Lanka.
Keluarga dari mereka yang ditangkap mengatakan kepada ICG bahwa banyak dari mereka yang dipenjara tidak memiliki hubungan dengan serangan itu, tetapi telah dilaporkan ke pihak berwenang karena takut dan fanatik.
“Nasionalis Buddhis Sinhala telah melakukan tindakan kekerasan dan kebencian, termasuk boikot ekonomi, main hakim sendiri terhadap wanita yang mengenakan jilbab dan kampanye media,” kata laporan itu.
“Dua hari kerusuhan dahsyat yang menargetkan bisnis dan masjid Muslim pada pertengahan Mei menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya pogrom, sebuah serangan besar besaran yang terorganisasi, di seluruh pulau,” ungkap ICG memperingatkan.
Seorang Muslim terbunuh dalam kerusuhan dan sejumlah masjid, rumah serta toko milik Muslim hancur. (rafa/arrahmah.com)