GROZNY (Arrahmah.id) — Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov memperingatkan Amerika Serikat (AS) akan menghadapi pembalasan jika tidak mencabut sanksi yang dijatuhkan terhadap ibu Kadyrov.
Dilansir Newsweek (1/9/2023), Washington memberlakukan pembatasan keuangan dan larangan perjalanan terhadap Aymani Kadyrova dan beberapa individu serta entitas Rusia lainnya pada 24 Agustus 2023, ketika Ukraina merayakan Hari Kemerdekaannya.
Ibu Kadyrov dijatuhi sanksi karena dia adalah kepala Yayasan Akhmat Kadyrov, yang diklaim AS terlibat dalam “pendidikan ulang” anak-anak Ukraina yang dievakuasi Rusia dari zona perang.
Dalam postingan di Telegram pada Kamis (31/8), Kadyrov, yang masuk dalam daftar hitam AS dan Uni Eropa (UE), mengatakan, “Pembatasan terhadap ibuku tersayang sangat mengejutkan bahkan bagi saya, meskipun saya sudah terbiasa dengan sanksi yang tidak logis dari keputusan AS dan Barat.”
“Seluruh dunia tahu bahwa dia hanya terlibat dalam kegiatan amal,” papar dia.
Menurut Kadyrov, Aymani Kadyrova hanya diberi sanksi karena dia adalah ibunya dan karena itu, “Keputusan Amerika hanya dapat dipandang sebagai pengabaian yang disengaja dan sinis terhadap semua norma etika.”
Namun, dia bersikeras sanksi tersebut “tidak menimbulkan rasa sakit” bagi Rusia dan hanya diterapkan oleh Washington “untuk menghibur dirinya sendiri.”
“Kami akan terus menghancurkan geng-geng NATO-Ukraina. Jika perlu, kita bisa sampai ke Elbe seperti yang dilakukan Visaitov pada masa perang melawan Nazi,” tegas Kadyrov.
Yang dia maksud adalah Movlid Visaitov, kolonel Chechnya dari Tentara Merah selama Perang Dunia II yang merupakan komandan Soviet pertama yang berjabat tangan dengan orang Amerika pada pertemuan bersejarah di Sungai Elbe, Jerman, pada tanggal 25 April 1945.
“Departemen Luar Negeri merasa terlalu nyaman, sambil mendorong rakyat Ukraina sampai mati dan bersembunyi di balik demokrasi pelangi. Kekotoran Amerika ini harus dihancurkan,” tegas Kadyrov.(hanoum/arrahmah.id)