LAMONGAN (Arrahmah.com) – Suasana haru menghiasi kediaman orang tua kedua mujahid yang Insya Allah telah syahid, Amrozi dan Ali Ghufron di Tenggulun. Ditambah dengan datangnya tiga burung hijau yang berputar-putar di atas rumah.
Lebih dari tujuh menit burung tersebut berputar-putar, seakan memberikan persaksian bahwa mereka adalah para syuhada. Istri dari Ali Ghufron, Ustdzh. Paridah Abbas menambahkan, dia melihat ke arah langit, tampak awan bergerak membentuk kalimat Allah saat ketiga burung tersebut datang.
Sejak semalam, sekitar pukul 22.20 lapangan yang direncanakan menjadi helipad untuk helikopter pembawa jenazah kedua syuhada (Insya Allah), Amrozi dan Ali-Ghufron, dijaga ketat oleh puluhan polisi.
Tepat pukul 23.53, ketiga mujahid akhirnya syahid (Insya Allah) di tangan toghut la’natullah. Begitulah pesan yang diterima redaksi Arrahmah.com langsung dari Ust. Ali Fauzi. Saat helikopter hendak mendarat, di kediaman ibu dari kedua mujahid (Amrozi dan Ali Ghufron) telah mengadakan prosesi persiapan penyambutan jenazah. Pagar betis pun disiapkan oleh para ikhwan yang tergabung pada Laskar Umat Islam. Pintu-pintu rumah selain akses depan di tutup rapat. Wartawan tidak diperbolehkan masuk kecuali dua orang keluarga yang boleh menggunakan kamera.
Sesuai dengan wasiat Ustadz Amrozi dan Ustadz Mukhlas, mereka meminta agar jenazahnya dibawa ke rumah dan disholatkan oleh keluarga, setelah itu dibawa untuk dishalatkan di masjid Al Muttaqin, masjid di sebelah kiri seberang rumah syuhada, yang dipimpin oleh Ulama Umat Islam yang ditunjuk apabila bersedia, dalam hal ini dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Kemudian dibawa ke masjid pondok Al Islam untuk memberi kesempatan kepada kaum muslimin yang mungkin belum sempat menshalatkan.
Sesaat sebelum jenazah diangkat memasuki rumah, aparat Dalmas merangsek masuk agar bisa mengikuti prosesi penyambutan datangnya jenazah. Suasana pun menjadi hiruk pikuk. Karena Laskar Umat Islam berusaha melaksanakan wasiat ustadz Amrozi dan ustadz Mukhlas agar tidak boleh ada dari pihak thoghut yang turut campur dalam proses penyelenggaraan jenazah mereka, dengan tak mengijinkan para thoghut ini ikut serta. Alhamdulillah tidak sampai 10 menit, akhirnya Laskar Islam berhasil menahan dan mengusir aparat Dalmas yang memaksa merangsek masuk tadi, untuk menjauhi pagar betis.
Di dalam rumah, kakak tertua, Ust. Khozin memberikan nasehat. Sesuai dengan wasiat kedua mujahidin, tidak boleh ada yang menjerit, melakukan nihayah, boleh menangis tetapi tidak meraung-raung atau sampai tersedu.
Jenazah yang dimasukkan pertama adalah jenazah ustadz Amrozi. Lalu pintu ditutup, untuk memberikan waktu bagi istri-istri beliau untuk mengenali apakah benar itu suaminya. Dan memberi kesempatan anggota keluarga terdekat lainnya untuk melihatnya terakhir kali. Selain keluarga Amrozi dan Mukhlas, yakni Ali Fauzi, Khozin dan anak mereka berdua. Tampak juga hadir mendampingi jenazah Amrozi, Bapak Mahendra Datta ketua TPM, dan Achmad Michdad. Setelah kurang lebih seperempat hingga setengah jam, pintu dibuka untuk memasukkan jenazah kedua, yaitu jenazah ustadz Ali Ghufron. Sama seperti sebelumnya, istri-istri ustadz Mukhlas dipersilahkan terlebih dulu untuk mengenali suaminya. Disusul dengan keluarga. Setelah itu, baru dilakukan sholat jenazah.
Koresponden Arrahmah yang berada di Tenggulun mengatakan, karena banyak keluarga yang hadir dalam rumah syuhada tersebut maka sholat janazah diselenggarakan hingga lebih dari 5 gelombang. per gelombang rata-rata berisikan 3 shaff. Alhamdulillah koresponden kami mendapat giliran pertama untuk menyalatkan jenazah berjamaah dengan istri-istri kedua mujahid. Sedang ummu Amrozi, Ibu Tariyem mensholati anak-anaknya pada giliran kedua. Beliau terlihat begitu tegar dan tersenyum. “Ya sudahlah mau apalagi? Toh mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, menjadi syahid. InshaAllah mereka syahid. Alhamdulillah”
Bau harum semerbak bertebaran dalam ruangan. Kedua mujahid terlihat tersenyum dan wajahnya bersih, sangat bersih, serta jauh lebih tampan. Allahu Akbar!
Tak lama setelah itu dibacakan surat terbuka dari Ummu Umar (istri Imam Samudra) yang diawali dengan bismillah dan syahadah, yang menyatakan bahwa alhamdulillah Imam Samudra telah syahid dan bahwa beliau tampak tersenyum serta bau wangi tercium dari tubuh suaminya. Hal ini pun disambut dengan takbir. Allahu Akbar!
Usai disholatkan, kedua syuhada tadi pun dimakamkan di salah satu tanah milik keluarga Amrozi, yang terletak di seberang jalan pemakaman umum sang Ayah. Sungguh lautan manusia. Banyak sekali orang-orang yang hadir pada proses ini, mulai penyambutan jenazah hingga dimakamkan. Jalan penuh sekali dengan manusia, mulai dari gabungan Laskar Islam, para wartawan dan penduduk baik dari daerah tenggulun itu sendiri ataupun yang sengaja datang jauh-jauh untuk menghadiri proses tersebut, bahkan saking “uyel-uyelannya” sepeda motor tidak bisa dijalankan kecuali dengan dituntun hingga beberapa ratus meter dari rumah para syuhada tadi.
Farihiina bima aatuhumullahu min fadhlih! Sahhil Umurokum wa a`dhomallahu ajro ahlul mayyit kulluhum! Aameen Yaa Robb (Prince Muhammad/Hanin Mazaya/Koresponden Arrahmah.com)