Mental sebagian besar pejabat pemerintah mendorong Indonesia tetap berhutang pada lembaga keuangan dunia. Kendati pemerintah sudah melunasi hutangnya ke IMF, banyak pejabat setingkat dirjen yang senang dengan tawaran pinjaman dari Bank Dunia (Word Bank).
”Pernah ada suatu rapat, tiba-tiba Dirjennya bilang maaaf saya meninggalkan rapat karena harus bertemu dengan Bank Dunia, ” ujar Dr. Usman, mantan konsultan salah satu lembaga otonom Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta.
Padahal, katanya, pinjaman itu dalam bentuk hutang dan harus dibayar dengan APBN. ” Pinjaman itu biasanya 100 juta dollar AS. Untuk mengembalikannya kita harus bayar 400 juta dollar AS. ” Itu baru satu dirjen, padahal hampir semua departemen begitu, ” katanya.
Sikap para pejabat Indonesia yang demikian, lanjut Usman, merupakan bentuk dan cara bangsa asing ingin terus menjajah kita. ”Banyak program yang akhirnya mereka yang mengatur, ” tegasnya.
Ia mengingatkan, untuk kembali menjajah Indonesia mereka tidak perlu dengan senjata, tapi justru dengan uang dan bantuan dana. ”Misal di UIN ada proyek penelitian tentang kitab kuning. Hasil penelitian itu menyebutkan, kitab kuning yang ditulis para ulama kita banyak melecehkan perempuan. Ini contohnya. Jadi hasil penelitian itu harus sesuai dengan pesanan lembaga donor, ” papar Usman.
Menurutnya, kondisi dan sikap mental ini kalau dipertahankan, sepuluh tahun ke depan Indonesia akan semakin tertinggal jauh dengan negara-negara jiran. ”Kita tidak saja jalan di tempat, tapi jalan mundur. Padahal Malaysia sudah maju jauh dari kita, ” pungkasnya.
Sumber: Eramuslim