JAMBI (Arrahmah.com) – Pengelolaan lahan hutan Jambi sebagian besar diproyeksikan untuk mendukung pola industri konglomerasi yang banyak dikuasai oleh grup-grup perusahaan besar.
Hal itu disampaikan oleh Aliansi Masyarakat Peduli Hutan (Ampuh) dalam aksinya memperingati hari Bumi di Jambi, Kamis (22/4).
Menurut kordinator lapangan (korlap) aksi, Nurbaya Zulhakim, pemerintah saat ini dinilai telah menimbulkan ketidakadilan, baik dalan penguasaan maupun pengelolaan tata ruang.
Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah membangun model-model pembangunan yang berbasis lingkungan. Momentum Hari Bumi 2010 sepatutnya menjadi awal bagi gerakan penyelamatan bumi, katanya.
Dari catatan yang dirangkum Ampuh, dari enam sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, hampir semuanya mengalami kerusakan dan tekanan limbah industri.
Ada 19 sungai yang tercemar di Provinsi Jambi akibat praktik industri, seperti Sungai Buluran, Sungai Senamat, Sungai Batang Merangin, Sungai Batang Bungo, Sungai Batu Sawar.
Dampaknya, tidak hanya mengakibatkan kualitas air sungai menurun, tapi juga menyebabkan penyakit gatal-gatal, hilangnya spesies ikan dan biota lokal serta penambahan beban sosial ekonomi masyarakat.
Sementara terkait soal pengelolaan hutan, saat ini dari total 5.192.924 hektare hutan di Provinsi Jambi, seluas 1.312.190 hektare untuk hutan produksi (HP), untuk IUPHHK 507,019 hektare, HPH 61.000 hektare, perkebunan kelapa sawit 484.000 hektare, karet 633,739 hektare dan tambang 632,373 hektare.
Sementara untuk industri seluas 3,139,822 hektare atau lebih dari 60 persen,” jelasnya.
Pola penguasaan lahan ini mengakibatkan konflik lahan. Pada 2009 ada 34 konflik di lahan kelapa sawit di 29 desa, di hutan produksi muncul konflik lahan dan sosial, bahkan memicu praktik kekerasan, dimana sepanjang tahun 2008-2009 eskalasinya cukup meningkat.
Aksi damai masyarakat pecinta lingkungan ini dilakukan di bundaran Bank BI Telanaipura Jambi. Selain membawa poster dan melakukan orasi, aksi juga diwarnai oleh pertunjukkan teatrikal oleh para aktivis lingkungan.
Para aktivis lingkungan ini menggunakan pakaian serba hitam, memberikan simbol duka cita terhadap kondisi hutan dan lingkungan di Provinsi Jambi yang makin memprihatinkan. (ant/arrahmah.com)