BEKASI (Arrahmah.com) – Husein bin Hamid Alattas akui dirinya tidak menganggap Muawiyah RA sebagai sahabat Nabi SAW, ia juga mengakui Muawiyah RA boleh dihujat dan dikritik. Meskipun, dirinya menyatakan bermanhaj sebagai Ahlus Sunnah.
“Secara lughowy (bahasa) Muawiyah termasuk sahabat, tetapi secara syar’i Muawiyah tidak termasuk sahabat,” kata Husein Hamid Alattas di tengah acara dialog dan mubahalah antara ustadz Haidar Abdullah Bawazir dengan Husein bin Hamid Alattas di Radio Silaturahim, Jl. Masjid Silaturahim No. 36, Cibubur, Bekasi, Rabu (27/6).
Husein berpendapat, Muawiyah RA merupakan pihak yang bertanggung jawab atas terbunuhnya orang beriman dan Amar bin Yasir ketika terjadi perselisihan antara Muawiyah RA dengan Ali bin Abi Tholib RA yang berujung dengan peperangan. Pihak yang melakukan kesalahan dalam merubah sistem kekhilafahan menjadi kerajaan dengan mengangkat anaknya sebagai penerus kekhalifahan, serta yang menyebabkan peristiwa-peristiwa berdarah. “Memecahbelah umat dan menguasai harta,” tambah Husein.
Pendapat bahwa terdapat perbedaan makna sahabat secara bahasa dan syar’i dan ketidaksepakatan ulama dalam menilai sahabat yang membunuh orang beriman, menurutnya adalah berdasarkan kitab ulasan orang-orang yang sesuai dengan buku kalangan sunni kontemporer karya Hasan Farhan Al Maliki yang berjudul ‘Assubhu was Sahabah’. “Dalam buku itu tidak terdapat ijma dalam ahlussunnah berkaitan pandangan tersebut (status sahabat bagi orang yang membunuh orang beriman),” ujar Husein.
Penjelasan tersebut diutarakan Husein, setelah menolak definisi sahabat oleh jumhur ulama yang diutarakan ustadz Haidar Bawazir, yakni seseorang yang bertemu Nabi SAW dalam keadaan beriman ketika hidup dan beriman hingga ia meninggal dunia.
Menanggapi buku Hasan Farhan Al Maliky, ustadz Haidar menyatakan buku tersebut cacat untuk dijadikan referensi dikalangan sunni, karena ia menemukan Hasan Farhan Al Maliky dalam sebuah video yang ia bawa di laptopnya menghujat Sahabat Abu Bakar RA, Umar RA, Aisyah RA, Thalhah RA, dan Zubair RA, serta menyatakan ulama syiah afdhol (lebih utama) dari ulama sunni. “Bagaimana antum akan mengambil hujjah kepada orang yang menyatakan bahwa Abu bakar merebut Kekhalifahan dari Ali?” ujarnya yang kemudian direspon Husein bahwa ia mengambil hujjah dan kutipan Hasan Farhan Al Maliky yang sesuai dengan pandangan ulama.
Masih berkenaan referensi, Husein yang selama ini menjadikan Abul ‘ala al Maududi sebagai sandaran bolehnya menghujat Muawiyah RA dalam bukunya Al Khilafah wal Mulk, menurut ustadz Haidar sikap Husein jika diukur dengan buku tersebut justru terkena vonis sesat. Karena dalam buku tersebut di halaman 97, Abul ‘Ala al Maududi menyatakan bahwa Muawiyah adalah seorang sahabat. “Dia menyatakan bahwa sesungguhnya Muawiyah adalah seorang sahabat, yang kita akui keunggulannya, keutamaannya, mempersatukan umat, dan barang siapa mencaci Muawiyah dia telah berlebihan dan keluar dari haq,” ungkapnya.
Pernyataan bahwa Muawiyah RA bukan sahabat Nabi SAW dan menghujat Muawiyah RA ia tegaskan kembali dengan sumpah atau mubahalah,”Ana meyakini bahwa Muawiyah bukan Sahabat dalam pandangan syar’i dan boleh menghujatnya, dan ana siap dilaknat dan dikutuk oleh Allah bila ana salah. Tetapi, jika saya benar saya berdoa kepada Allah agar memberi hidayah kepada Haidar,” ungkapnya sembari menjelaskan bahwa ia mencintai sahabat Nabi, terkecuali Muawiyah RA.
Lalu kemudian, ia meminta ustadz Haidar Bawazir tidak perlu mubahalah, cukup dirinya saja yang menyatakan tersebut.
Terkait persoalan Muawiyah, ustadz Haidar Abdullah Bawazir menyatakan bahwa ijma jumhur ulama Ahlussunah mengakui Muawiyah RA sebagai pihak yang salah dalam perselisihan dan Ali bin Abi Tholib RA berada di pihak yang benar serta Sahabat tidak ‘ishmah (ma’shum/terjaga dari dosa). Namun, menurutnya sesuai pandangan jumhur ulama yang diikutinya kesalahan yang dilakukan Muawiyah RA tidak serta merta menyebabkan status Sahabat hilang dari sisi Muawiyah RA ataupun menjadi kafir.
“Ulama menyimpulkan Muawiyah bukan ahli nar, kenapa begitu? Karena ulama mengumpulkan semua nash, bukan hanya satu hadist,” kata ustadz Haidar sembari menyitir sebuah hadist sebagai contoh yang menyatakan cucu nabi Hasan RA akan mendamaikan dua firqoh yang besar dari kaum Muslimin yaitu pihak Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah RA.
Sebelumnya, ustadz Haidar Bawazir juga menyatakan siap dilaknat oleh Allah terhadap keyakinannya bahwa Muawiyah RA adalah seorang Sahabat Nabi SAW, “Dan dia (Muawiyah) ridhoi Allah, apabila ana salah, ana siap dilaknat oleh Allah,” lontarnya.
Dialog sendiri terjadi kurang lebih 3 jam diselingi istirahat untuk shalat zhuhur. Dalam dialog tersebut terjadi diskusi yang ketat terkait memposisikan seseorang termasuk Sahabat atau bukan, dan kesalahan-kesalahan Sahabat apakah menghilangkan status Sahabat tersebut.
Selain itu, dalam dialog sebagian audiens dari pihak Husein dan Rasil yang hadir sempat menolak dan terkesan menghalangi diadakan mubahalah karena dianggap bid’ah (perkara baru dalam agama) atau sunnah sayyi-ah (buruk) serta persoalan penghujatan Muawiyah dinilai oleh mereka sebagai perbedaan yang tidak prinsip. Sehingga sempat adu argumen dengan pihak ustadz Haidar Bawazir yang mengutarakan terdapat dalil mubahalah dalam Al-Qur’an dan contoh para sahabat seperti Ibnu Abbas RA dan Imam Auzai rahimahullah.
Lalu ustadz Haidar Bawazir menyatakan bahwa penghujatan Muawiyah menurutnya merupakan suatu hal yang prinsip dan termasuk aqidah Ahlussunnah, sehingga perlu dilakukan mubahalah.
Menjelang akhir dialog, ustadz Haidar Bawazir sempat mempersoalkan point baru, bahwa Husein pernah menghujat Abu Hurairah RA yang kemudian direspon itu hanya sebagai ‘tataran ilmiyah’ ilmu hadist. Lalu terjadi perdebatan sengit terkait batasan yang termasuk hujatan atau tataran ilmiyah. Namun dihentikan oleh moderator mengingat kesepakatan waktu telah selesai.
Di penghujung dialog, pihak dari Radio Rasil meminta jika terjadi mubahalah dengan tema tuduhan syi’ah kepada Husein dan radio tersebut. Mereka menilai tuduhan tersebut tidak beralasan. “Kita Ahlussunnah wal jama’ah tidak sepenakut Syi’ah, dan itu eksplisit,” ungkap Firman.
Selain itu, Faried Thalib dari pihak Rasil tidak ingin ada lagi tuduhan syi’ah ataupun diplintir bahwa Husein tidak syi’ah tapi menyebarkan fikroh syi’ah. “Itu sama saja tidak menuduh Ustadz Husein maling, tapi Ustadz Husein mencuri,” ujarnya.
Ustadz Haidar Bawazir membenarkan bahwa dia tidak menuduh Husein sebagai Syi’ah, akan tetapi hanya menyatakan Husein menyebarkan fikroh syi’ah. “Ana siap mubahalah untuk ini,” tegas ustadz Haidar di tengah tuntutan mubahalah jika diadakan tentang tuduhan Syi’ah. (bilal/arrahmah.com)