(Arrahmah.com) – Organisasi HAM, Human Rights Watch, meminta Moskow menghentikan pembakaran rumah-rumah milik keluarga mujahidin Chechnya dan memanggil juga mengadili para pelaku pembakaran tersebut, ungkap BBC.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Kamis (2/7), dicatat bahwa tahun 2008 pejabat antek Chechnya, termasuk pimpinan komplotan murtad Ramzan Kadyrov, mengeluarkan pernyataan publik bahwa keluarga para mujahidin mesti dihukum jika mereka tidak meyakinkan keluarga mereka yang menjadi mujahidin menyerahkan diri pada penjajah.
Berdasarkan laporan tersebut, kelompok-kelompok eksekutor biasanya beraksi pada malam hari, selalu mengenakan kedok, tiba dengan beberapa mobil, menodongkan pistol mereka ke arah penduduk dan memaksa mereka keluar dari rumah mereka. Sesudah itu, rumah dibakar dan orang-orang keji itu mencegah pemilik atau tetangga mereka memadamkan.
Menurut HRW, 26 rumah tempat tinggal keluarga mujahidin, dibakar antara Juni 2008 dan Juni 2009.
Laporan tersebut menjelaskan 13 kasus, yang paling baru terjadi pada 18 Juni lalu.
Dalam memorial yang dikeluarkan oleh Pusat HAM, dilaporkan bahwa seitar pukul 5 sore waktu setempat, para pejabat munafik yang tergabung di bawah payung pelayanan hukum, membakar dua rumah milik keluarga salah satu mujahid di desa Engel-Yurt, distrik Gudermes.
Lembaga tersebut telah mewawancarai 37 warga Chechnya, termasuk mantan pemilik atau penghuni rumah yang dibakar, untuk melengkapi bukti. Para korban mengatakan bahwa orang-orang yang menyerang mereka mengatasnamakan suruhan pemerintah boneka Chechnya.
Dalam lebih dari 100 kasus yang dibawa ke pengadilan, Mahkamah HAM Eropa menemukan bahwa Rusialah yang bertanggung jawab atas kekerasan serius terhadap hak-hak orang Chechnya.
Para penyelidik itupun menegaskan bahwa pembakaran rumah merupakan salah satu jenis taktik yang biasa dilakukan oleh para penguasa, bukan hanya di Chechnya, tapi di negara-negara lainnya.
Sementara itu, kelompok HAM lainnya, Amnesti Internasional, mengatakan dalam laporan yang diterbitkan Rabu (1/7) bahwa lebih dari 60 kuburan massal ditemukan di Chechnya sejak dimulainya perang untuk pertama kali pada tahun 1994. (Althaf/arrahmah.com)