GAZA (Arrahmah.com) – Sejak awal bulan November Palestina, termasuk wiayah Jalur Gaza, mulai memasuki musim dingin. Seperti biasanya, musim dingin akan berlangsung hingga 4 bulan yaitu sampai bulan Maret tahun 2015.
Warga Jalur Gaza yang baru terlepas dari agresi Israel yang berlangsung selama 51 hari dengan menewaskan lebih dari 2.163 orang serta melukai lebih dari 11.000 orang, kini harus menerima cobaan banjir rutin setiap musim dingin tiba, sebagaimana dilaporkan Abdillah Onim kepada Redaksi Arrahmah pada Kamis (27/11/2014).
Jika Jakarta banjir parah karena mendapat kiriman air dari Bogor, maka hujan yang sebelumnya merupakan salah satu karunia Allah yang dinanti Muslimin Gaza sebagai berkah berubah menjadi ujian banjir. Saat hujan lebat mengguyur berhari-hari sedangkan saluran air tidak memadai dan penampungan air limbah tidak dapat menampung derasnya air hujan, ditambah lagi penyumbatan saluran akibat sampah dan reruntuhan maka wilayah Gaza segera terendam banjir seperti danau raksasa.
Sejak 5 hari lalu hingga kini(27/11) , wilayah Gaza diguyur hujan deras disertai angin gurun yang sangat kencang. Ditambah hujan es sesekali, mengakibatkan suhu udara senantiasa berubah-ubah setiap waktu dalam sehari, dari 18, 15, 9 hingga 7 derajat celcius.
Berdasarkan hasil penelusuran Abdillah Onim yang langsung turun ke wilayah banjir, didapati beberapa wilayah di Gaza yang mulai terendam banjir dengan ketinggian 1 meter. Bahkan ada beberapa dataran rendah dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter seperti di wilayah Syeikh Ridwan Gaza City, Sijaiyah Gaza timur dan Muaskar Jabalia Gaza utara, Rafah Gaza selatan dan beberapa wilayah Gaza lainnya.
“Sebagian warga sudah mulai mengungsi ke tempat dataran tinggi atau pergi ke sanak keluarga mereka yang memang berdomisili di dataran tinggi,” tegas Abdillah Onim.
Wilayah Jalur Gaza memiliki luas wilayah 375 Kilometer persegi seluasa Jakarta Pusat, dihuni lebih 1,8 juta jiwa. 57 persen dari 1,8 juta jiwa adalah penaggangguran akibat terbatasnya peluang pekerjaan pasca perang beberapa waktu lalu. Lebih dari 80 persen dari warga Gaza memperoleh makan dan minum dari bantuan yang diharapkan dari Negara lain, termasuk dari Indonesia.
Berdasarkan pengalaman tahun lalu, saat wilayah Gaza dilanda banjir, bantuan yang mereka butuhkan antara lain:
- bahan makanan/sembako,
- selimut hangat,
- pos kesehatan beserta obat-obatan di dekat lokasi banjir,
- perahu karet untuk tim evakusi,
- air minum galon, serta
- perahu karet untuk antar jemput anak-anak yang pergi ke sekolah
“Semua bantuan tersebut dapat disalurkan langsung ke korban banjir di masing-masing tempat dan juga bagi warga Jalur Gaza yang rumah mereka rata dengan tanah akibat diterpa roket “Israel”, kini merka harus tinggal di tenda darurat, pungkas Bang Onim. (adibahasan/arrahmah.com)