AFRIN (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Syam (HTS) sepakat untuk mengakhiri pertikaian bersenjata dengan Legiun Ketiga SNA yang didukung Turki di pedesaan utara Aleppo, Suriah.
Dilansir North Press Agency (15/10/2022), pertempuran bersenjata akhirnya berakhir pada Sabtu pasca HTS banyak mengambil alih wilayah Afrin dan wilayah yang dikuasai Legiun Ketiga SNA di Aleppo utara.
Setelah kesepakatan, yang ditandatangani oleh pemimpin HTS Abu Muhamad al Jaulani dan pemimpin Legiun Ketiga SNA Abu Yasin, HTS menarik sebagian anggotanya dari berbagai bagian Afrin, termasuk pusat kota. Namun, daerah tersebut masih berada di bawah kendali pasukan keamanan HTS.
Perjanjian tersebut akan memungkinkan Legiun Ketiga SNA untuk melanjutkan kegiatan militernya serta kembali ke posisinya di Afrin dan Azaz. Adapun HTS menarik kembali anggotanya dari garis depan ke barat kota.
Pertempuran di pedesaan Aleppo utara pecah pada 10 Oktober, ketika Legiun Ketiga SNA, yang mayoritas diisi kelompok Jabhah Shamiyyah dan Jaisy al Islam, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Divisi Hamzah yang didukung Turki di kota al Bab.
Divisi Suleyman Shah yang didukung Turki dan HTS melakukan intervensi untuk mendukung militan Divisi Hamzah. Tak berselang lama, Legiun Ketiga SNA dengan cepat diusir dari Afrin ke bentengnya di Azaz.
Kesepakatn antara HTS dan Legiun Ketiga oleh sebagian pihak dinilai tidak akan berlangsung lama. Sebab beberapa faksi di dalam Legiun Ketiga termasuk Jaisy al Islam dilaporkan tidak senang dengan kesepakatan tersebut.
Hal ini juga diperkuat dengan masih terjadi pertempuran hingga Sabtu sore yang dilakukan Divisi Hamzah dan Divisi Suleyman Shah untuk merebut kembali al-Bab.
Militer Turki, selaku penyokong kelompok perlawanan Suriah, memperkuat posisinya di Afrin dan beberapa daerah lain di pedesaan Aleppo utara dalam beberapa hari terakhir. Namun, Turki tidak ikut campur dalam pertempuran di antara semua kelompok binaannya.
Ankara tampaknya menerima opsi HTS sebagai penguasa baru di wilayah tersebut. Namun, banyak penduduk setempat, terutama orang Kurdi, sudah melarikan diri karena takut akan HTS yang kerap disamakan dengan kelompok militan Islamic State (ISIS). (hanoum/arrahmah.id)