AFRIN (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Syam (HTS) merebut kota Afrin setelah memalui pertikaian sengit dengan kelompok perlawanan Suriah pro Turki (SNA) dalam beberapa hari terakhir.
Dilansir Middle East Eye (13/10/2022), HTS memasuki kota Afrin pada hari Kamis (13/10) setelah Legiun Ketiga SNA menarik pasukan mereka, menurut penduduk dan kelompok pemantau.
Seorang warga sipil dikabarkan tewas dan beberapa lagi terluka dalam pertempuran yang dipicu oleh pembunuhan seorang aktivis terkemuka Suriah pekan lalu. Setidaknya selusin anggota kelompok perlawana juga tewas, kata para aktivis.
HTS sendiri dalam pertempuran ini dibantu bagian dari SNA seperti Divisi Hamzah, Divisi Sultan Suleiman Shah, Ahrar al Sham, dan Batalyon Nour al-Din al-Zenki.
Sedangkan Legiun Ketiga SNA yang juga termasuk dalam kelompok perlawanan Suriah pro Turki banyak berasal dari Jabhah Shamiyyah dan Jaysh al Islam.
SNA didirikan di bawah bimbingan Turki dengan mengumpulkan berbagai kelompok perlawanan Suriah yang kekuatannya terus tergerus usai peperangan melawan rezim Suriah.
Di dalam SNA ada tiga legiun utama yang di dalamnya berasal dari kelompok-kelompok perlawanan Suriah. Diperkirakan SNA memiliki sekitar 50.000 pejuang.
Pertikaian antara kubu keleompok perlawanan Suriah ini dimulai awal pekan ini ketika para pejuang dari Legiun Ketiga memeriksa rekaman kamera pengintai yang menunjukkan bahwa Muhammad Abdul Latif, seorang aktivis terkemuka yang dikenal sebagai Abo Ghanoum, telah ditembak mati oleh regu pembunuh yang terkait dengan Divisi Hamzah.
Salah satu tersangka kemudian terluka saat pasukan Legiun Ketiga menahannya, dan Divisi Hamzah menyerahkan pemimpin regu pembunuh kepada polisi militer setempat.
Pembunuhan Abo Ghanoum telah membuat marah orang-orang al-Bab, kota di mana dia tinggal dan meninggal. Warga kemudian menuntut pembubaran Divisi Hamzah.
Sebagai balasan, Jabhah Shamiyyah menyerang markas Divisi Hamzah di Al Bab.
“Kota Al Bab adalah benteng utama bagi Jabhah Shamiyyah dan Jaysh al Islam. Jadi ada dukungan besar untuk serangan terhadap Divisi Hamzah dari warga,” kata seorang aktivis kepada Middle East Eye.
Jabhah Shamiyyah tidak dapat menarik dukungan dari kelompok perlawanan Suriah lainnya karena aliansinya dengan Jaysh al-Islam, faksi yang kurang disukai oleh lainnya.
Jabhah Shamiyyah adalah sekelompok faksi yang terkait erat dengan sisa-sisa Front Islam, yang pada tahun 2015 adalah aliansi kelompok-kelompok seperti Jaysh al-Islam, Ahrar al Sham dan Nour al-Din al- Zenki.
Sedangkan Divisi Hamzah, mendapat dukungan spesial dari intelijen dan militer Turki. Bahkan kerap disebuat anak manja Turki, ungkap seorang aktivis ke Middle East Eye.
Titik baliknya adalah ketika masuknya Divisi Sultan Suleiman Shah dalam pertikaian, faksi lain yang sempat memiliki masalah dengan Jabhah Shamiyyah terkait penyelidikan pelecehan seksual dan pencurian yang dilakukan oleh anggota Sultan Suleiman Shah.
Akibat kekisruhan itu, HTS kemudian menyerang dan mengambil alih kota.
Hingga kini belum ada respon apapun dari Turki terkait pertikaian itu. Diduga didasari karena kedua pihak yang bertikai merupakan faksi yang mendukung dan bekerja sama dengan Turki. (hanoum/arrahmah.id)