HASAKAH (Arrahmah.id) – Ratusan anak laki-laki hilang dari penjara Kurdi Suriah yang menahan anggota ISIS dan keluarga mereka, setelah pasukan Kurdi yang didukung AS memerangi gerilyawan ISIS selama 10 hari untuk merebut kembali fasilitas itu, ujar laporan kelompok hak asasi manusia internasional, Jumat (4/2/2022).
Laporan Human Rights Watch (HRW) datang sehari setelah pemimpin tertinggi ISIS, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, dikabarkan tewas dalam serangan AS di rumah persembunyiannya di barat laut Suriah. Presiden Joe Biden mengatakan al-Qurayshi bertanggung jawab atas serangan penjara Suriah, lansir AP.
Anak-anak tersebut berasal dari berbagai latar belakang dan kebangsaan. Beberapa dibawa dari negara mereka sendiri oleh orang tua mereka yang bergabung dengan kekhalifahan yang dideklarasikan pada tahun 2014 di beberapa bagian Suriah dan Irak, sementara yang lain lahir di sana.
Mereka dipenjara karena banyak pemerintah menolak untuk memulangkan mereka, sementara SDF menuduh mereka telah memiliki pemikiran “ekstrimis”.
Tidak jelas berapa banyak anak laki-laki di penjara yang dilatih oleh ISIS, atau apakah ada yang melakukan “kejahatan”.
Penjara di kota Hasakah di timur laut Suriah, yang dikenal sebagai Gweiran atau al-Sinaa, menampung lebih dari 3.000 narapidana, di mana sekitar 600 di antaranya adalah anak-anak.
“Pasukan Demokrat Suriah mulai mengevakuasi pria dan anak laki-laki dari penjara yang terkepung beberapa hari yang lalu, namun dunia masih tidak tahu berapa banyak yang hidup atau mati,” kata Letta Tayler dari Human Rights Watch, berbicara tentang pasukan yang dipimpin Kurdi.
Sementara anak laki-laki ditahan secara terpisah dari orang dewasa, kelompok-kelompok tersebut bercampur ketika militan ISIS menyerbu penjara dalam pembobolan penjara pada 20 Januari. Beberapa narapidana melarikan diri, sementara yang lain termasuk tahanan anak-anak disandera dalam pertempuran berikutnya.
Pada konferensi pers pada Senin, komandan SDF Nowruz Ahmad mengklaim bahwa pasukannya telah memperoleh kendali penuh atas penjara dan mengonfirmasi bahwa 77 pegawai penjara, 40 pejuang Kurdi, dan 4 warga sipil tewas, bersama 374 tahanan dan penyerang ISIS. Dia tidak memberikan rincian dari tahanan yang tewas, atau berapa banyak dari mereka adalah anak-anak.
Seorang tahanan Kanada yang diwawancarai oleh kelompok hak asasi yang berbasis di New York mengatakan dia yakin “puluhan anak” terbunuh.
Koalisi pimpinan AS melawan ISIS mengatakan para tahanan yang melarikan diri ditahan di fasilitas yang lebih aman.
Laporan HRW mendesak SDF untuk mengizinkan kelompok-kelompok kemanusiaan internasional mengunjungi tahanan yang telah dievakuasi atau ditangkap kembali dari penjara, dan untuk memberikan perawatan dasar.
“Krisis penjara al-Sinaa adalah hasil yang dapat diprediksi dari pemerintah yang menutup mata terhadap nasib warga negara mereka dan semua yang ditahan dalam kondisi mengerikan di timur laut Suriah,” kata Tayler. (haninmazaya/arrahmah.id)