(Arrahmah.com) – Kecelakaan tragis perahu pekan lalu di pantai Negara Bagian Arakan, Myanmar, menewaskan kira-kira 20 Muslim Rohingya, termasuk sembilan anak-anak, dan meninggalkan 20 lainnya hilang. Koran yang diterbitkan pemerintah Myanmar, Global New Light of Myanmar, membuat pengakuan yang tak biasanya bahwa tragedi itu, yang mana sebuah perahu penuh penumpang terbalik di lautan lepas, yang diakibatkan oleh pembatasan perjalanan yang ditetapkan pemerintah yang mencegah warga Rohingya untuk melakukan perjalanan darat, memaksa mereka untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan perahu disaat kondisi berbahaya, lansir Muslim Village pada Kamis (28/4/2016).
Tragedi itu merupakan salah satu dari serangkaian penderitaan panjang minoritas Muslim Rohingya. Perahu itu biasanya melakukan perjalanan rutin dari kamp Internally Displaced Persons’ (IDP) di Pauktaw ke pasar-pasar terdekat di sekitar ibukota Sittwe.
Otoritas lokal telah mempertahankan pembatasan atas gerak Rohingya di kamp IDP dan di kota Maungdaw dan Buthidaung yang membatasi akses mereka terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan, alhasil penduduk Rohingya hampir tidak memungkinkan untuk bekerja. Selain itu, kebebasan beragama juga tidak didapatkan oleh Muslim Rohingya.
Dunia Internasional telah fokus pada Negara Bagian Arakan sejak sekitar 31.000 Muslim Rohingya melarikan diri dengan menggunakan perahu pada enam bulan pertama 2015. Namun sejauh ini ketakutan para pencari suaka Rohingnya dan para pekerja migran belum teratasi, sebagian diakibatkan oleh pengembalian perahu-perahu pengungsi dan pengembalian yang kasar dari negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia.
PBB dan Uni Eropa baru-baru ini menyatakan bahwa penurunan keberangkatan maritime dan program pemerintah yang didukung PBB untuk memukimkan 25.000 penduduk Rohingya di perumahan baru adalah sebuah perbaikan. Namun hal ini menjadi premature. Hukum dan kebijakan pemerintah Myanmar yang menolak kewarganegaraan penduduk Rohingnya dan hak-hak mereka dan kebebasan beragama masih berlaku. Situasi kemanusiaan Rohingya yang menyedihkan dan potensi kekerasan anti-Rohingya perlu ditangani segera. (siraaj/arrahmah.com)