NEW YORK (Arrahmah.com) – Human Rights Watch (HRW) telah mendesak Arab Saudi untuk mengizinkan akses pengamat independen bagi para aktivis hak-hak perempuan yang ditahan, mengatakan bahwa jaminan Riyadh atas kesejahteraan mereka tidak dapat dipercaya setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Kerajaan itu bulan lalu membantah laporan “palsu” dan “tidak berdasar” yang diterbitkan oleh HRW dan Amnesti Internasional bahwa tiga aktivis hak perempuan telah disiksa dan dilecehkan secara seksual dalam tahanan.
“Kebohongan konsisten Arab Saudi tentang peran pejabat senior dalam pembunuhan Jamal Khashoggi berarti bahwa penolakan pemerintah terkait penyiksaan para aktivis perempuan ini tidak dapat dipercaya,” kata wakil direktur HRW untuk Timur Tengah, Michael Page, dalam sebuah pernyataan pada Kamis (6/12/2018).
Khashoggi, kolumnis Washington Post yang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat, tewas di dalam konsulat kerajaan di Istanbul pada awal Oktober.
Pembunuhannya telah memberi tekanan bagi Riyadh dan Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, yang dituduh dinas intelijen Turki dan Amerika memberi perintah.
Badan pengawas HAM yang bermarkas di New York itu mengatakan telah menerima laporan baru pada 28 November dari “sumber informasi”, yang menunjukkan bahwa pemerintah Saudi telah menyiksa dan melecehkan secara seksual seorang aktivis hak perempuan keempat.
Penyiksaan tersebut termasuk sengatan listrik dan cambukan, kelompok itu mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Sumber mengatakan kepada HRW bahwa penyiksaan para aktivis Saudi “mungkin sedang berlangsung”.
“Kecuali pemantau independen mampu mengonfirmasi kesejahteraan para aktivis perempuan, ada banyak alasan untuk percaya pihak berwenang Saudi telah memperlakukan mereka dengan kekejaman yang tak terkatakan,” tambah Page.
Kantor berita Reuters, mengutip dua sumber anonim, melaporkan pada hari yan sama (6/12) bahwa seorang pembantu utama untuk Pangeran Mohammed, Saud al-Qahtani, yang dipecat karena perannya dalam pembunuhan Khashoggi, secara pribadi mengawasi penyiksaan dari salah satu aktivis yang ditahan awal tahun ini. (Althaf/arrahmah.com)