SANA’A (Arrahmah.id) – Houtsi di Yaman telah membebaskan 153 tawanan perang secara sepihak kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC), demikian konfirmasi dari organisasi non-pemerintah dan kelompok pemberontak tersebut.
“Tahanan terkait konflik” tersebut dibebaskan di ibu kota Sana’a pada Sabtu (25/1/2025), dan telah menerima kunjungan rutin dari ICRC sebagai bagian dari pekerjaan penahanan untuk memastikan perlakuan yang manusiawi terhadap para tahanan perang, menurut organisasi tersebut.
Identitas para tahanan tidak diungkapkan.
“Operasi ini telah membawa kelegaan dan kegembiraan yang sangat dibutuhkan oleh keluarga-keluarga yang telah dengan cemas menunggu kembalinya orang-orang yang mereka cintai. Kami tahu bahwa banyak keluarga lain yang juga menunggu kesempatan untuk berkumpul kembali. Kami berharap pembebasan hari ini akan menghasilkan lebih banyak lagi momen seperti ini,” ujar Christine Cipolla, Kepala Delegasi ICRC di Yaman, seperti dilaporkan Al Jazeera.
Abdul Qader al-Murtada, Kepala Komite Urusan Tahanan Houtsi, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media yang berafiliasi dengan Houtsi bahwa mereka yang dibebaskan adalah “kasus-kasus kemanusiaan” yang mencakup orang sakit, terluka dan orang tua.
“Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk membangun kepercayaan dan membangun fase baru dari kesepakatan yang serius dan jujur,” kata al-Murtada.
ICRC menyambut baik langkah tersebut sebagai “langkah positif lain untuk menghidupkan kembali negosiasi” di bawah kerangka kerja yang disepakati selama perang di Yaman, yang berkecamuk selama bertahun-tahun antara Houtsi dan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Perang tersebut menewaskan lebih dari 150.000 orang dan menciptakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia yang masih terus berlanjut, dengan lebih dari 18 juta orang di seluruh Yaman membutuhkan bantuan.
Pembebasan pada Sabtu terjadi ketika Houtsi terus menahan personil yang bekerja dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tujuh anggota staf PBB ditangkap pada Jumat, menurut organisasi tersebut, yang menyerukan agar mereka segera dibebaskan.
PBB juga menangguhkan semua perjalanan ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Houtsi setelah penangkapan tersebut hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sebanyak 11 staf PBB lainnya ditangkap pada Juni lalu, diikuti dengan penyitaan Kantor Hak Asasi Manusia di ibu kota Yaman pada bulan Agustus.
Palang Merah sebelumnya telah membantu pembebasan tahanan, termasuk salah satunya adalah pertukaran sekitar 1.000 tahanan pada 2020. Pertukaran lainnya adalah sekitar 800 tahanan dibebaskan pada 2023, dengan lebih dari 100 orang dibebaskan pada Mei lalu. (haninmazaya/arrahmah.id)