SANAA (Arrahmah.id) – Pemberontak Houtsi menuding Arab Saudi membuang limbah nuklir di perairan di selatan dan timur negara itu, kata media yang berafiliasi dengan Houtsi pada Jumat (9/6/2023).
Menteri Perikanan Houtsi, Muhammad al-Zubairi menuduh Riyadh dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional “mengubur limbah nuklir dan beracun di wilayah Yaman”, dalam komentar yang dilaporkan oleh TV Al Masirah yang berafiliasi ke Houtsi.
Al-Zubairi tidak merinci kapan dan di mana tepatnya dugaan pembuangan limbah itu terjadi.
Pejabat itu memperingatkan koalisi pimpinan Saudi agar tidak merusak lingkungan laut di Yaman dengan membuang limbah nuklir, menekankan bahwa keselamatan laut negara itu adalah “garis merah”.
Al-Zubairi mengatakan bahwa komite bersama yang terdiri dari anggota angkatan laut, keamanan, penjaga pantai, serta kementerian luar negeri dan perikanan dibentuk untuk menindaklanjuti masalah tersebut.
Pejabat lain, Muhammad al-Faqih, mengklaim bahwa limbah yang dibuang oleh Arab Saudi adalah milik “perusahaan asing besar”, kata Al Masirah .
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional tidak mengomentari atau menanggapi klaim Houtsi, menurut Arabi21.
Pada Jumat (9/6), Houtsi yang didukung Iran memperingatkan terhadap penandatanganan perjanjian apa pun yang mengesahkan pembuangan limbah beracun, dengan menyatakan bahwa praktik semacam itu “membahayakan lingkungan Yaman”.
Pemberontak, yang secara de-facto menguasai Yaman utara itu, juga mengklaim bahwa tingkat radiasi yang tinggi terdeteksi di pantai Aden, Abyan, Al-Mahra dan Hadramaut sebagai akibat dari limbah beracun yang diduga “dibuang oleh perusahaan asing”.
Radiasi tersebut diduga telah membunuh ribuan ton ikan dan merusak terumbu karang di Laut Merah dan Laut Arab.
Kementerian perikanan lebih lanjut mengatakan bahwa upaya untuk mengubah Yaman menjadi tempat pembuangan limbah beracun “merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan”, dan masyarakat internasional harus “mengambil tindakan segera” untuk menghentikannya, menekankan perlunya mengambil tindakan segera untuk melindungi lingkungan dan orang-orang Yaman dari polusi tersebut.
Houtsi yang didukung Iran dan koalisi pimpinan Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman, telah terlibat dalam konflik sejak 2015 akibat pemberontak merebut ibu kota Sanaa setahun sebelumnya.
Pertempuran selama bertahun-tahun telah mengakibatkan kematian ribuan warga sipil dan salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan kedua belah pihak dituduh melakukan pelanggaran berat oleh kelompok hak asasi manusia. (zarahamala/arrahmah.id)