TAIZ (Arrahmah.id) – Kelompok teroris Syiah Houtsi yang didukung Iran tidak serius mengakhiri pengepungan hampir delapan tahun di kota Taiz Yaman dan penderitaan ribuan penduduknya, kata seorang pejabat pemerintah kepada Arab News.
Mayor Mohammed Abdullah Al-Mahmoudi mengatakan bahwa kelompok milisi teroris tidak menominasikan delegasi mereka dalam komite bersama yang akan membuka jalan di Taiz dan provinsi lainnya.
Al-Mahmoudi, wakil kepala delegasi pemerintah Yaman dalam pertemuan yang diusulkan di Taiz, mengatakan pada Ahad (8/5/2022) bahwa Houtsi belum mengirim nama-nama delegasi ke kantor utusan PBB untuk Yaman atau berhenti menyerang kota dengan drone dan peluru.
“Houtsi tidak mematuhi komitmen mereka untuk menunjuk perwakilan mereka di komite. Dan mereka terus menembakkan drone dan menembaki warga sipil,” katanya.
Gencatan senjata yang ditengahi PBB yang diusulkan lebih dari sebulan lalu menyerukan penghentian permusuhan di semua lini, membuka jalan di kota-kota, termasuk Taiz, membuka kembali bandara Sana’a untuk sejumlah penerbangan terbatas dan mengizinkan kapal bahan bakar memasuki pelabuhan Hudaidah.
Pada 4 April, utusan PBB untuk Yaman meminta pemerintah Yaman dan Houtsi untuk menyebutkan tiga orang, termasuk satu perwira militer, untuk berpartisipasi dalam pertemuan yang akan membahas pencabutan pengepungan Houtsi di Taiz dan pembukaan jalan di provinsi lain.
Al-Mahmoudi mengatakan bahwa pertemuan itu seharusnya berlangsung di ibu kota Yordania, Amman, tetapi dibatalkan karena Houtsi menolak menyebutkan nama perwakilan mereka.
“Kami menuntut mereka untuk membuka jalan yang mencekik kota dan menyerahkan peta yang menunjukkan tempat-tempat ranjau darat,” kata pejabat pemerintah Yaman. Berdasarkan timeline utusan PBB tentang kemajuan implementasi gencatan senjata, kantor utusan mengadakan pertemuan pertama dengan pejabat pemerintah di komite pembukaan jalan di Taiz dan daerah lain pada 24 April, tanpa menyebutkan Houtsi.
Houtsi telah mengepung Taiz, kota terpadat di Yaman, sejak awal 2015 setelah gagal maju ke pusat kota setelah menghadapi perlawanan keras dari pasukan Yaman dan pejuang perlawanan sekutu.
Houtsi menutup pintu masuk utama kota dengan bukit pasir, menanam ranjau darat dan mengerahkan penembak jitu di daerah sekitarnya. Warga terpaksa menggunakan jalan pegunungan yang berbahaya ketika mereka ingin meninggalkan atau memasuki kota.
Ribuan warga sipil telah tewas selama pengepungan. Kelompok teroris yang didukung Iran belum mengeluarkan penjelasan atas keterlambatannya dalam menunjuk delegasi, tetapi Al-Mahmoudi percaya bahwa Houtsi menggunakan pengepungan sebagai alat tawar-menawar dalam setiap pembicaraan dengan pemerintah, yang dapat digunakan untuk meminta bantuan keuangan. (haninmazaya/arrahmah.id)