TEL AVIV (Arrahmah.id) – Militer “Israel” mengakui pada Selasa (19/3/2024) bahwa Houtsi menembus sistem pertahanan rudal mereka untuk pertama kalinya, dengan sebuah rudal mendarat di utara Eilat pada Ahad malam (17/3).
Meski militer “Israel” tidak secara spesifik menyebut nama Houtsi, namun rudal tersebut dipastikan datang dari arah Laut Merah.
Pemberontak syiah Houtsi, yang menguasai Yaman utara, termasuk ibu kota Sanaa, juga mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal tersebut, dan juru bicaranya Yahya Saree mengatakan kelompok yang bersekutu dengan Iran telah menargetkan “Israel” selatan dengan tembakan rudal.
Rudal tersebut tidak menyebabkan kerusakan atau cedera apa pun, namun masih ada pertanyaan mengenai bagaimana proyektil tersebut berhasil menembus pertahanan “Israel”.
Houtsi telah berusaha untuk menyerang “Israel” dengan rudal balistik sejak awal perang mereka di Gaza pada Oktober lalu, namun ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar menyerang wilayah “Israel”.
Hingga saat ini, seluruh rudal Houtsi telah ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal Arrow 1 atau 3 milik “Israel”.
Proyektil tersebut, yang diduga oleh militer “Israel” sebagai rudal jelajah, dapat menyebabkan kerusakan besar jika mengenai kawasan permukiman atau industri.
Salah satu kemungkinan mengapa mereka menghindari pertahanan “Israel” adalah karena lintasan “line-drive” yang dilalui rudal jelajah, operator pertahanan rudal “Israel” mungkin terkejut, menurut The Jerusalem Post.
Selain menembakkan rudal ke “Israel”, Houtsi juga berupaya menegakkan blokade terhadap negara tersebut dengan menyerang kapal-kapal “Israel” atau kapal milik sekutu Barat “Israel” di Laut Merah.
Houtsi membenarkan tindakan tersebut sebagai tindakan solidaritas terhadap warga Palestina di tengah perang “Israel” di Gaza, namun kelompok tersebut dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia di dalam negeri.
Blokade Houtsi berdampak besar pada perdagangan global, yang mengarah pada intervensi militer pimpinan AS dan Inggris terhadap kelompok tersebut, dengan menyerang sasaran jauh di wilayah yang mereka kuasai di Yaman.
Meskipun demikian, kemampuan Houtsi untuk menyerang kapal-kapal di Laut Merah tampaknya tidak berkurang, dan Saree juga mengumumkan pada Selasa (19/3) bahwa kelompok tersebut menargetkan kapal tanker bahan bakar MADO berbendera Kepulauan Marshall di Laut Merah dengan rudal angkatan laut.
Blokade ini juga berdampak signifikan di “Israel”, dengan pengumuman pada Rabu (20/3) bahwa separuh pekerja di Pelabuhan Eilat akan kehilangan pekerjaan karena serangan Houtsi di Laut Merah dengan penurunan aktivitas sebesar 85 persen tercatat pada Desember. (zarahamala/arrahmah.id)