SHABWA (Arrahmah.id) – Pasukan pemerintah Yaman di provinsi selatan Shabwa mengumumkan pada Ahad (26/3/2023) bahwa mereka telah memukul mundur serangan Houtsi terhadap posisi mereka dalam menghadapi perluasan operasi militer yang terus dilakukan oleh milisi tersebut.
Houtsi menyerang Pasukan Pertahanan Shabwa pada Sabtu (25/3) di pegunungan yang menghubungkan distrik Merkhah Al Ulya dengan provinsi Bayda, yang mengakibatkan pertempuran sengit yang dilaporkan menewaskan dan melukai banyak tentara di kedua belah pihak.
Pasukan pemerintah mengatakan bahwa Houtsi terpaksa menghentikan serangan dan mundur setelah gagal menguasai dataran tinggi, dan bahwa bala bantuan militer dikirim ke garis depan untuk menghalau setiap aksi di masa depan.
Sumber-sumber media tidak resmi Houtsi mengklaim bahwa pasukannya telah bergerak sejauh 8 km ke dalam wilayah yang dikuasai pemerintah di Merkhah Al Ulya.
Seorang pejabat Yaman di Shabwa mengatakan kepada Arab News bahwa serangan Houtsi dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian tentara pemerintah dan bukan untuk menduduki provinsi tersebut.
Pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan: “Daripada melakukan aksi militer skala penuh di daerah tersebut, tujuan dari serangan ini adalah untuk mengacaukan perairan yang lesu.”
Penumpukan militer Houtsi di Shabwa terjadi hanya beberapa hari setelah pertempuran sengit meletus di provinsi tengah Marib ketika tentara pemerintah diserang di daerah pedesaan Hareb.
Pertempuran mereda pada Ahad (26/3) di tengah laporan bahwa pasukan pemerintah telah merebut kembali desa-desa yang dikuasai Houtsi.
Sementara itu, Gubernur Taiz Nabil Shamsan mengatakan di Twitter bahwa Houtsi telah menyerang konvoinya selama 90 menit pada Sabtu dengan peluru kendali, mortir, dan bom artileri ketika dia kembali ke Taiz dari kota Mocha di Laut Merah.
Salah satu pengawalnya terbunuh dan dua orang lainnya terluka dalam insiden tersebut.
Serangan Houtsi dan eskalasi militer milisi tersebut telah memicu kemarahan dan peringatan akan kegagalan upaya diplomatik yang dipimpin PBB untuk mengakhiri konflik.
Secara terpisah, Kementerian Hak Asasi Manusia Yaman mengatakan pada Ahad bahwa Houtsi telah mengepung daerah kuno di kota Ibb dan telah menahan sejumlah orang, termasuk dua aktivis media sosial yang ikut serta dalam unjuk rasa menentang milisi tersebut minggu lalu.
Pemakaman seorang influencer media sosial berubah menjadi aksi protes terhadap Houtsi pada hari Kamis.
Para pengunjuk rasa menuduh milisi tersebut menculik, menyiksa, dan mengeksekusi Hamdi Abdel-Razzaq, yang juga dikenal sebagai Al-Mukahal, seorang influencer yang diculik oleh Houtsi pada Oktober karena mengkritik korupsi. (haninmazaya/arrahmah.id)