SANA’A (Arrahmah.com) – Kelompok teroris Syiah Houtsi Yaman telah mengakui pasukan mereka menyebabkan kebakaran yang menewaskan 45 orang di sebuah pusat migran awal bulan ini, dengan mengatakan lebih dari selusin tentara dan pejabat menghadapi hukuman.
Pasukan Houtsi telah merespon protes di fasilitas penahanan Sana’a pada 7 Maret dengan menembakkan tiga tabung gas air mata tanpa mendapatkan izin dari komando mereka, menurut klaim pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita pemberontak Saba pada Sabtu malam (20/3/2021), seperti dilansir Al Jazeera.
“Salah satu dari tiga [tabung] mendarat di kasur busa, mengakibatkan kebakaran yang menyebar dengan cepat,” katanya.
Pernyataan tersebut mengatakan 11 personel keamanan telah ditahan, bersama dengan sejumlah pejabat senior, dan mereka akan diadili di pengadilan.
Pemberontak mengatakan bahwa 45 migran dan pengungsi, kebanyakan dari mereka orang Ethiopia, telah tewas dan lebih dari 200 luka-luka dalam insiden itu.
Houtsi, yang terkunci dalam konflik enam tahun melawan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, pekan lalu menyatakan “penyesalan mendalam” atas insiden di fasilitas penampungan Sanaa dan berjanji untuk menyelidikinya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah menyerukan penyelidikan independen terhadap kebakaran tersebut.
Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa “api yang luar biasa dan mengerikan” telah mengingatkan dunia “akan penderitaan komunitas migran”.
Human Rights Watch mengatakan para tahanan telah memprotes kepadatan di pusat penahanan ketika penjaga kamp mengumpulkan ratusan dari mereka ke dalam hanggar sebelum dua proyektil ditembakkan ke dalam gedung.
Rekaman yang diperoleh kantor berita AFP dari seorang korban selamat, menunjukkan lusinan mayat hangus bertumpuk dan berserakan di tanah. Satu orang terdengar berteriak dalam doa. (haninmazaya/arrahmah.com)