SANA’A (Arrahmah.id) – Kelompok Houthi di Yaman mengumumkan telah menangkap sejumlah agen intelijen asing yang diduga bekerja untuk Mossad (dinas rahasia ‘Israel’) dan CIA (dinas rahasia Amerika Serikat). Pernyataan tersebut disampaikan melalui media resmi Houthi, Al-Masirah, dan dilansir oleh beberapa sumber seperti Al Jazeera dan Anadolu Agency pada Rabu (25/12).
Penangkapan Mata-Mata
Menurut Houthi, agen-agen ini direkrut oleh seorang buronan bernama Hamid Hussein Fayad Mujali. Mereka ditugaskan untuk:
- Memantau lokasi strategis, termasuk tempat peluncuran rudal, drone, serta gudang senjata yang digunakan dalam serangan ke ‘Israel’.
- Mengumpulkan informasi penting tentang tokoh Houthi, seperti pemimpin mereka Abdul Malik Al-Houthi, serta pejabat militer dan keamanan lainnya.
- Memberikan koordinat lokasi kepada Mossad melalui buronan tersebut untuk digunakan sebagai target serangan udara yang dilakukan oleh ‘Israel’, Amerika Serikat, atau Inggris.
Houthi menyebut bahwa operasi ini merupakan bagian dari upaya untuk melemahkan dukungan mereka terhadap perjuangan rakyat Palestina di Gaza. Mereka menegaskan bahwa siapa pun yang bekerja untuk intelijen asing akan menghadapi hukuman berat, termasuk hukuman mati.
Serangan terhadap ‘Israel’
Sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, sejak November 2023 Houthi telah melancarkan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal yang terkait dengan ‘Israel’ di Laut Merah. Serangan juga diperluas hingga ke wilayah ‘Israel’, termasuk Tel Aviv, yang membuat jutaan warga berlindung di bunker.
Houthi menegaskan bahwa serangan tersebut akan terus dilakukan hingga ‘Israel’ menghentikan agresi militernya terhadap Gaza.
Respons Amerika Serikat dan Inggris
Merespons serangan ini, Amerika Serikat dan Inggris telah melancarkan serangan udara ke beberapa lokasi yang diduga sebagai basis Houthi di Yaman sejak awal 2024. Sebagai balasan, Houthi memperluas target serangan mereka ke kapal-kapal milik AS dan Inggris di Laut Arab dan Samudera Hindia.
Konteks Konflik
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya agresi militer ‘Israel’ terhadap Gaza sejak Oktober 2023, yang telah menyebabkan lebih dari 153 ribu warga Palestina meninggal atau terluka. Houthi menyatakan bahwa mereka akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina meski mendapat tekanan dari pihak internasional.
(Samirmusa/arrahmah.id)