PARIS (Arrahmah.id) — Arab Saudi menghentikan konser musik dalam rangkaian festival Riyadh Season selama 3 hari. Penghentian sementara ini untuk menghormati mangkatnya Emir Kuwait Sheikh Nawaf Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah pada Sabtu (15/12/2023) dan dimakamkan esok harinya.
Pemimpin Arab Saudi dan Kuwait memiliki hubungan sangat erat, bahkan Raja Salman memanggil almarhum Sheikh Nawaf dengan sebutan “saudara lelaki”.
PM Arab Saudi sekaligus Putra Mahkota Muhammad bin Salman (Pangeran MBS) diutus Raja Salman untuk melayat Emir Kuwait pada Ahad kemarin.
“Riyadh Season menunda semua konser musik selama tiga hari sehubungan dengan meninggalnya Emir Kuwait Sheikh Nawaf Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah,” tulis Saudi Gazette (18/12).
Penghentian sementara konser musik ini juga diumumkan panitia Riyadh Season di akun medsosnya.
“Kami mengumumkan penangguhan konser selama tiga hari karena mangkatnya Yang Mulia Emir Kuwait, Syekh Nawaf Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah – semoga Allah merahmatinya,” tulisnya.
Riyadh Season adalah festival hiburan dan olahraga tahunan yang didanai oleh negara. Festival ini dimulai pada akhir Oktober 2023 dan berakhir menjelang Maret 2024.
Pada tahun 2022, sekitar 5 juta orang menghadiri kemeriahan Riyadh Season, kegiatan yang digelar untuk membangkitkan sektor pariwisata negeri monarki absolut itu.
“Riyadh Season adalah salah satu acara hiburan musim dingin terbesar di dunia. Hadir beragam makanan dari seluruh dunia, termasuk restoran eksklusif — ditambah kejutan menarik yang tak terhitung jumlahnya. Perayaan ini mencerminkan esensi Saudi, mulai dari warisan Najd hingga dinamisme masa kini,” begitu panitia menjelaskan festival ini di websitenya.
Penghentian sementara konser musik selama 3 hari mendapat sorotan dari netizen. Banyak yang mempertanyakan mengapa konser musik ini tak dihentikan juga saat Palestina digempur Israel hingga menewaskan lebih 20 ribu orang. Korban jiwa serangan brutal Zionis itu mayoritas anak-anak dan wanita, kelompok yang dilarang diserang menurut hukum perang internasional.
Sementara terkait isu Palestina, Arab Saudi menegaskan mendukung kemerdekaan Palestina dengan ibu kota di Yerusalem dan wilayahnya sesuai peta tahun 1967. Hal itu juga menjadi syarat normalisasi Saudi dengan Israel — syarat yang ditolak mentah PM Netanyahu. (hanoum/arrahmah.id)