JAKARTA (Arrahmah.com) – Hidayat Nurwahid pada khutbah Idul Fitri 1435 H di Kampus Bumi LPPI Jl Kemang Raya, Jakarta Selatan Senin (28/7/2014) mengatakan, selesainya bulan Ramadhan memang bisa disambut dengan duka nestapa, seperti yang dilakukan oleh banyak ulama salaf yang terdahulu, karena mereka tahu persis berbagai kesempatan emas yang bisa mereka maksimalkan dengan datangnya bulan Ramadhan tersebut, khususnya dalam hal yang terkait dengan masalah ubudiyah/ hablu minallah/spiritualitas.
“Karena mereka tidak yakin atau khawatir kalau–kalau mereka tidak lagi berjumpa dengan bulan Ramadhan di tahun yang akan datang,” ucap Hidayat.
Hidayat Nurwahid yang biasa disapa HNW menyebut kesedihan itu sebagai suatu cara pandang yang manusiawi sekaligus inspiratif agar hari–hari setelah Ramadhan dapat kita isi dan maksimalkan untuk merealisasikan / mengamalkan beragam ajaran kebaikan yang ada di dalamnya. Karena sesungguhnya minus melaksanakan ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan, maka segala kebajikan di bulan Ramadhan masih terus terbuka untuk masih bisa dikerjakan karena secara prinsip ajaran untuk beraqidah yang benar dan beribadah yang ikhlas dan bermuamalah yang hasanah memang berlaku sepanjang masa tidak hanya di bulan Ramadhan saja.
“Allah SWT yang kita sembah dan kita taati pada selama bulan Ramadhan itu juga Allah yang kita taati dan kita sembah di sepanjang bulan selain Ramadhan. Rasulloh SAW yang sunnahnya kita ikuti dan akhlak mulianya kita teladani selama bulan Ramadhan adalah juga Rasullah Muhammad SAW yang sunnah dan akhlaknya yang sama juga harus kita teladani selama bulan bukan bulan Ramadhan. Al – Quran Al – Karim kitab suci yang kita imani dan kita tadaburi dan akrabi selama bulan Ramadhan adalah kitab yang sama yang harus kita imani dan kita tadaburi dan akrabi selama bulan selain bulan Ramadhan,” ungkapnya
Dengan pendekatan ini maka di harapkan umat tidak bersedih negatif dengan telah berlalunya bulan Ramadhan. Tetapi justru menjadikannya sebagai faktor yang mensugesti dirinya untuk segera menutupi lubang–lubang yang masih terjadi akibat masih belum termaksimalkannya Ramadhan kemarin dengan segera melaksanakan beragam kegiatan yang akan membawanya menyakini bahwa Allah yang Maha Kasih dan Maha Sayang akan tetap memberikan kesempatan bagi umat untuk nanti bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang dengan semangat dan perasaan penuh harapan akan karunia Allah dan ke-Agungan Kuasanya.
“Bahkan sebagian ulama mengingatkan, agar semangat kita beribadah dalam makna yang seluas–luasnya jangan hanya berhenti di bulan Ramadhan menjadi Ramadhaniyin, tetapi agar semangat beribadah itu selalu bisa dihadirkan sepanjang waktu seperti kehadiran Allah Rabbulalamin yang sepanjang waktu juga, agar kita menjadi rabbaniyin,” demikian ajakan HNW kepada jamaah. (azm/arrahmah.com)