SOLO (Arrahmah.com) – Semakin berkembangnya media informasi dan teknologi dewasa ini harus dipelajari dan difahami oleh masyarakat. Apalagi, bagi para mahasiswa, semakin cepatnya arus informasi yang ada harus dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk sarana da’wah, tapi perlu juga untuk diwaspadai.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Solo menggelar diskusi bertajuk “Tantangan Islam di Era Globalisasi Informasi dan Teknologi” pada Kamis sore 11/10/2012 pukul 16.00 WIB di Gedung Insan Cita HMI Solo, Jawa Tengah. Diskusi ini merupakan lanjutan dari dua diskusi sebelumnya tentang sejarah gerakan kemahasiswaan di Indonesia dan tantangan HMI menghadapi perubahan zaman.
Tori Nuariza Sutanto, kepala bidang Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan (PTKP) yang juga didaulat sebagai moderator diskusi pun memaparkan bahwa kondisi dunia saat ini, khususnya bidang informasi dan teknologi mayoritas telah dikuasai oleh media-media milik barat.
Dia menambahkan bahwa konsekwensi dari penguasaan media tersebut yaitu mampu membentuk pandangan masyarakat internasional sebagaimana yang diinginkan pemilik media. Pihaknya juga mengakui telah terjadi sebuah ketimpangan kondisi umat islam khususnya mahasiswa islam dengan semakin pesatnya arus globalisasi informasi dan teknologi.
“Saat ini, akibat globalisasi informasi, budaya populer misalnya lewat life style, film dan lain sebagainya telah menggerus karakter (akhlak) dan paradigma berfikir (masyarakat-red). Ironisnya, para mahasiswa, khususnya mahasiswa islam terjebak dalam proyek-proyek sosial, tanpa tahu dan membedah akar permasalahan ideologis dan sistem yang bobrok”, tuturnya menghantarkan diskusi seperti dilansir Forum-alishlah.com.
Ketika ditanya tentang goal setting dari diskusi tersebut, Tori yang juga aktif sebagai dewan mahasiswa UNS Solo berharap diskusi-diskusi seperti ini mampu membentuk kerangka berfikir tentang situasi zaman saat ini. “Harapannya, masyarakat khususnya mahasiwa bisa berfikir jernih dengan penyesatan informasi yang berkembang dari media-media barat dan jaringannya yang ada disini”, pesannya.
Selain itu, pihaknya berharap kader-kader HMI mampu menginternalisasikan ideologi gerakan untuk berperan aktif dalam ruang ruang publik dan organisasi yang di ikuti dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di ridhoi Allah SWT.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut yakni, Eka Nada Shofa Al-Khajar yang merupakan staf pengajar ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Negeri Sebalas Maret (UNS) Surakarta. Dosen yang juga mantan ketua umum HMI cabang Surakarta periode 2008 – 2010 tersebut menyampaikan sejumlah “penjajahan” informasi oleh sejumlah koorporasi besar di Indonesia.
Dalam paparannya beliau menyampaikan, bahwa sejumlah iklan sengaja dibuat oleh koorporasi asing untuk merekonstruksi persepsi masyarakat bahwa koorporasi yang bersangkutan telah menjalankan tanggung jawab sosial.
Rekonstruksi persepsi masyarakat tersebut seringkali mengangkat pencitraan koorporasi seperti pemberian bantuan sosial, program beasiswa pendidikan atau program lain yang biasanya dipamerkan dalam sejumlah iklan. Namun, menurut dosen muda ini, iklan-iklan tersebut tidak lain adalah strategi untuk menutupi eksploitasi terhadap sumberdaya Indonesia.
“Banyak koorporasi-koorporasi itu pasang iklan, kami telah membantu. Kami telah turut menuntaskan pendidikan. Padahal itu hanya untuk kedok eksploitasi sumberdaya alam (di Indonesia-red)“, tegasnya. (bilal/arrahmah.com)