JAKARTA (Arrahmah.com) – Bos Sritex Group H. Muhammad Lukminto telah meninggal dunia di Singapura Rabu (5/2/2014). Namun hingga hari ini, tepat satu pekan jenazahnya belum juga dikuburkan.
Pihak keluarga yang kafir, beralasan penyemayaman jenazah H.M. Lukminto selama 10 (sepuluh) hari di rumah duka Thiong Ting yang biasa digunakan kremasi dan prosesi jenazah Cina kafir dengan alasan budaya dan kebiasaan Thionghoa,Namun hal ini dinilai tidak sesuai dengan wasiat almarhum HM. Lukminto, yang meminta hidup dan matinya dengan cara Islam. Hal ini dapat juga dikategorikan menghalangi pelaksanaan ajaran agama Islam dalam hal penyelenggaraan pemakaman jenazah.
Pada saat jenazah Owner Sritex Grop, H. Muhammad Lukminto, tiba di pabrik malam itu sekira jam 23.00 Kamis (6/2/2014), disambut ribuan karyawan yang telah menunggu dari siang hari, mereka membentuk pagar betis beserta warga sekitar untuk mendoakan jenazahnya dengan cara men-shalatkannya. Sebelum dishalatkan keluarga HM Lukminto ditanya oleh pembimbing Islam Lukminto sekaligus Bintal Sritex Group KH. Muhammad Amir, apakah jenazah sudah dimandikan dan dikafani atau belum? Jawab keluarganya sudah dan peti jenazah tidak boleh dibuka. Jawaban ini sesungguhnya tidak memuaskan kaum Muslimin yang hendak menyelenggarakan jenazah secara Islam, lantaran beberapa hal.
Menurut pengalaman salah seorang tokoh Thionghoa, RS Mount Elizabet Singapura itu milik orang kafir dan tidak ada bagian untuk mengurusi jenazah secara Islam. Apalagi putri Lukminto yang domisili di Singapura juga kafir. Ditambah lagi banyak kejadian yang diceritakan perihal pemurtadan mayat kaum Muslim keturunan Cina yang kemudian diupacarakan secara Kristen.
Dari informasi yang dihimpun, tidak sedikit terjadi ketegangan antara pihak keluarga yang Muslim dengan keluarga lain yang kafir tentang penyelenggaraan jenazah dan pemakamannya. Sehingga pernah terjadi, sebagaimana dituturkan oleh sumber arrahmah.com, yang menimpa seorang pengurus PITI cabang Jawa Tengah, dimana berujung pada kompromi perlakuan pada jenazah; mayat dikafani sekaligus diberi pakaian lengkap layaknya mayat orang Kristen kemudian diletakkan di dalam peti mati yang diberi tanah di dalamnya. Setelah itu baru jenazah dikuburkan bersama peti-petinya. Tetapi banyak pula jenazah Cina Muslim yang dikremasi alias dibakar karena tak ada yang protes dan tidak ada yang mengetahui.
Beberapa media lokal menyebut jenazah HM Lukminto disemayamkan di Thiong Ting bukan di rumahnya di Puri Baron. Thiong Ting adalah tempat yang dahulu untuk kremasi mayat (pembakaran mayat). Hal ini dilakukan karena keluarga Lukminto yang kafir masih memegang budaya China, yang tak membawa jenazah ke rumah. Kejadian ini juga disebut-sebut oleh aktivis Islam ada kaitannya dengan kerajaan bisnis yang sekarang banyak membantu kegiatan kaum Muslimin dan politisasi supaya bisa dialihkan pada kepentingan pihak-pihak di luar Islam yakni gereja.
Maka karena mengurus jenazah adalah fardlu kifayah bagi umat Islam. Dalam hal ini umat Islam Surakarta sebagai yang domisilinya dekat wajib menyelengarakannya secara Islam. Kaum Muslimin minta kepada keluarga untuk segera menguburkan HM Lukminto secara Islam. Kalau tidak secara menyeluruh kaum Mulimin seluruh dunia ikut berdosa. Jika ada pihak yang menghalangi harus dituntut secara hukum karena menghalangi umat Islam melaksanakan kewajiban melaksanakan ajaran agamanya.
Mengantisipasi kejadian serupa dibelakang hari mengingat betapa banyak Muslim dari saudara kita keturunan Cina. MUI Pusat harus mengeluarkan fatwa bagaimana kewajiban umat Islam menyelenggarakan pemakaman jenazah untuk para mualaf yang sering dihalang-halangi keluarga dan pihak-pihak tertentu.
HM Lukminto dan Islam
Terlahir dengan nama Ie Djie Shin di Kertosono, Nganjuk, 1 Juni 1946, Lukminto memeluk Islam sejak Mei 1995. Menurut Ketua Pembinaan Mental PT Sritex, KH. Muhammad Amir, Lukminto memeluk Islam setelah mengaku bermimpi didatangi seseorang berjubah putih.Begitu bangun, dia lantas bertanya maksud mimpi tersebut kepada tukang pijatnya, Edi Santoso. Dijawab oleh Edi bahwa itu pertanda Lukminto diminta masuk Islam.
Lukminto masih belum yakin dengan Edi, lantas bertanya arti mimpi tersebut kepada Harmoko.Lukminto dikenal dekat dengan banyak pejabat, termasuk dengan mantan Menteri Penerangan di era Orde Baru tersebut. Ditambah lagi rumah ayah Lukminto di Kertosono bertetangga dengan rumah ayah Harmoko. Ternyata Harmoko mengatakan hal serupa dengan Edi. Itu pertanda bahwa Lukminto diminta memeluk Islam.
Akhirnya Lukminto mantap memeluk Islam dengan dibimbing KH. Muhammad Amir. Lukminto membaca dua kalimat syahadat pada Mei 1995 di masjid Baitus Syukur di kompleks pabrik PT Sritex di Sukoharjo. Selanjutnya KH. Amir mendampingi Lukminto dalam menjalankan syariat Islam, seperti tiap Jumat mengajari salat baik di rumah atau di pabrik.
Dia sudah tiga kali mendampingi Lukminto naik haji, yaitu pada 1996, 1998, dan 2000. Lukminto juga berperan dalam mengelola pondok pesantren. Yaitu pondok pesantren Lailatul Qadr di dekat pabrik Sritex di Sukoharjo.
Dari 40 ribu karyawan Sritex Group, 85% Muslim. Dengan beberapa kekurangannya sebagai manusia yang harus ditutupi, tercatat beberapa keberpihakan Lukminto kepada Islam dan kaum Muslimin. Sumber arrahmah.com menyebut, setiap akan mendirikan pabrik, maka yang pertama kali dibangun olehnya masjid terlebih dahulu, dia mendirikan pondok pesantren di Surakarta, mengumrohkan banyak karyawannya setiap tahun, dan berencana mendirikan SMK Tekstil gratis untuk kepentingan pabrik umat Islam. Direktur-direktur dari 8 pabriknya Muslim semua kecuali satu dan itu karyawan asing (WNA).
Sritex juga disebut-sebut memasok seragam militer untuk 26 negara dunia. Negara-negara NATO menjadi mitra Sritex dalam pengadaan seragam militer. Walhasil Yahudi dan Nashara punya kepentingan, apalagi anak tertuanya yang dulu sudah di-Islamkan nikah dengan perempuan Kristen di gereja. (azm/dbs/arrahmah.com)