KABUL (Arrahmah.id) — Kelompok politik Hizbut Tahrir (HT) wilayah Afghanistan menerbitkan sebuah artikel yang menuduh pemimpin kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Syam (HTS), Abu Muhammad Al-Jaulani atau Ahmad asy Syaraa, telah bergeser pemikirannya sistem Islam ke politik pragmatis pasca jatuhnya rezim Bashar Al-Assad di Suriah.
Dilansir Memri (31/12/2024), tuduhan HT Afghanistan didasarkan dari wawancara asy Syaraa yang berbicara setelah menggulingkan rezim di Suriah. Asy syarra membahas “perubahan dan evolusi kepribadiannya, menekankan bahwa keyakinan di masa perang dan damai tidaklah sama.”
Sebelumnya, menurut HT Afghanistan, Asy Syaraa ketika masih menyembunyikan diri dan dicap teroris, menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk mendirikan pemerintahan berdasarkan metode Nabi.
Dalam sambutannya yang sempat terekam oleh media internasional, ia mengkritik [pemimpin] Ikhwanul Muslimin, Mohamed Morsi, dengan mengatakan: ‘Ikhwanul Muslimin telah tunduk pada keinginan Barat dan telah melakukan lebih dari yang diminta Barat… Morsi tidak memerintah menurut hukum Allah dan menerima parlemen, pemilihan umum, dan semua yang diinginkan Amerika darinya.’
“Namun beberapa hari yang lalu, dalam wawancara terakhirnya dengan CNN, ia menunjukkan sisi yang sama sekali berbeda. Ia berbicara tentang perubahan dan evolusi kepribadiannya, menekankan bahwa keyakinan di masa perang dan damai tidaklah sama,” ungkap pernyataan HT Afghanistan.
“Beberapa slogan Jaulani dan slogan pemerintah Afghanistan [Taliban] serupa, tetapi Jaulani mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC bahwa ia tidak menginginkan pemerintahan seperti Taliban,” ungkap pernyataan HT Afghanistan.
Namun, di sisi lain, menurut HT Afghanistan, posisi HTS tersebut telah disambut dengan reaksi beragam di Afghanistan. Setelah perubahan baru-baru ini di Suriah, Taliban justru dicemooh oleh musuh-musuh mereka.
“Para penentang Taliban (nasionalis dan sekuler) memanfaatkan kesempatan ini dan mencemooh Taliban, dengan mengatakan bahwa, Taliban harus belajar dari Jaulani, dari mengganti pakaian mereka hingga menghormati nilai-nilai dan simbol nasional, kebebasan, dan struktur pemerintahan sebelumnya,” tambah pernyataan itu.
Menurut HT Afghanistan, tindakan Jaulani yang disebut lebih bijak, cerdas dan berwawasan politik, jutru menyebabkan beberapa mujahidin jatuh ke perangkap Barat. Itu karena, mereka mau tunduk pada Barat agar terlihat berubah dan enggan untuk mendirikan Khilafah Islamiyyah. (hanoum/arrahmah.id)