IDLIB (Arrahmah.id) — Ketegangan meningkat antara kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy-Syam (HTS) dan kelompok Hizbut Tahrir (HT), setelah HT memasifkan aksi protes mereka di beberapa daerah di Idlib dan Aleppo. Para aktivis HT menyerukan untuk merevolusi pemerintahan sementara pihak oposisi yang dikuasai HTS di Idlib.
Dilansir Al Modon (16/5/2023), sejumlah aksi-aksi protes baik siang atau malam dilakukan anggota HT di Idlib untuk mengkampanyekan perlawanan terhadap HTS.
Selain itu, HT pun melakukan aksi lain dengan membentuk tim komite yang mengorganisir kelompok dan tokoh-tokoh yang tidak sejalan dengan HTS, jamaah Salafi, dan kelompok lain yang diusir HTS dalam tiga tahun terakhir.
Berbagai propaganda tulisan dan vandal dilakukan HT di dinding-dinding kota untuk menyerukan revolusi dan pemberontakan pada pemerintahan HTS. Mereka pun mengunggah di berbagai media sosial data dan nama para petugas keamanan HTS yang terlibat bentrokan agar ditandai oleh kelompok lain.
Sebuah sumber dari HT di Idlib mengatakan kepada Al Modon (16/5), “Situasinya buruk dan ketegangan dengan HTS terus meningkat. Mereka masih terus melanjutkan kebijakan penindasan, ketidakadilan, pemenjaraan, penangkapan, penyerbuan rumah, dan meneror wanita dan anak-anak.”
Ketegangan antara kedua kelompok ini dimulai lebih dari sepekan yang lalu, ketika aparat keamanan HTS menangkapi anggota HT di kota Deir Hassan dan utara Idlib.
Tak kurang puluhan anggota HT ditangkap termasuk Ahmed Abdul Wahhab (Kepala Kantor Media Hizbut Tahrir Wilayah Suriah), Nasser Sheikh Abdul Hai (Anggota Kantor Media) dan putranya, Abd al-Razzaq Al-Masri Abi Al-Nour, Ali al Beik dan kedua putranya.
Akibat penangkapan itu, muncul bentrokan bersenjata antara aparat keamanan HTS dan anggota HT yang menyebabkan adanya korban jiwa. Sehingga puluhan anggota HT lainnya ikut ditangkap.
Menurut sumber pihak keamanan HTS, Diaa Al-Omar, operasi penangkapan pada anggota HT dilakukan atas dasar perintah pengadilan untuk menangkapi pengkhianat, penghasut, dan pengganggu keamanan dan ketertiban atas revolusi Suriah di Idlib, seperti dilansir Syria TV (9/5).
Otoritas setempat akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri keberadaan HT di wilayah yang dikuasai HTS karena kerap melakukan demonstrasi besar di kota Idlib dan menuduh-nuduh HTS sebagai pengkhianat revolusi.
Menurut sumber HTS tersebut, HT kerap mengaku-ngaku sebagai pahlawan tapi tidak pernah ikut bertempur dalam front pertempuran. “Jangankan pertempuran, mengurus wilayah dan menafkahi orang miskin pun tidak pernah ikut terlibat,” ujarnya.
HT sendiri menganggap pemerintahan HTS di Idlib kurang tepat sebab solusi di Suriah menurut mereka adalah mendirikan kekhilafahan versi ala HT. (hanoum/arrahmah.id)