BEIRUT (Arrahmah.id) — Sekretaris Jenderal kelompok Syiah Hizbullah, Hassan Nasrallah, menuduh Arab Saudi mengekspor ideologi Islamic State (ISIS) dan tehnik bom bunuh diri dengan kendaraan ke Irak dan Suriah.
“Yang Mulia Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz, teroris adalah yang mengekspor ideologi Islamic State ke dunia,” kata Nasrallah dalam siaran televisi, seperti dilansir The Times of Israel (3/1/2022).
“Teroris adalah orang yang mengirim ribuan orang Saudi untuk melakukan operasi bunuh diri di Irak dan Suriah, dan itu adalah Anda.”
Nasrallah juga mengecam Arab Saudi karena hubungannya yang dekat dengan Amerika Serikat dan serangan militer ke Yaman.
Komentar Nasrallah datang sebagai tanggapan terhadap lawan politik dan kritikus di Libanon. Partai yang didukung Iran itu dinilai merusak hubungan antara Libanon dengan Arab Saudi.
“Kami tidak menyerang Arab Saudi. Mereka terlibat dalam konspirasi yang lebih besar yang menghancurkan kawasan itu,” kata pemimpin Hizbullah tersebut.
Setelah pidato itu kantor Perdana Menteri Libanon Najib Mikati menyatakan komentar Nasrallah tidak mencerminkan posisi pemerintah dan segmen masyarakat yang luas. Ia menambahkan pemerintah berkomitmen memisahkan diri dari konflik regional dan mendesak semua kekuatan politik bekerja sama agar Libanon keluar dari krisis ekonomi.
“Kami menyerukan Hizbullah menjadi bagian dari afiliasi Libanon yang beragam, kepemimpinannya menentang tren ini dengan posisi yang merugikan Libanon dan hubungan dengan saudara-saudaranya,” bunyi pernyataan itu. “Demi Tuhan, kasihanilah Libanon, hentikan tuduhan politik dan sektarian yang penuh kebencian.”
Libanon sedang berjuang menyelesaikan perselisihan diplomatik dengan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Kuwait. Negara-negara itu telah mengkritik Hizbullah atas peran mereka di Yaman dan konflik regional lainnya.
Pada Oktober, negara-negara Teluk menarik duta besar mereka. Arab Saudi melarang semua ekspor Libanon, setelah sebuah video muncul dari Menteri Informasi George Kordahi yang mengkritik perang koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
Raja Salman dari Arab Saudi dalam pidatonya pekan lalu meminta Libanon menghentikan hegemoni teroris Hizbullah atas negara Libanon.
Hizbullah juga baru-baru ini mendapat sorotan dari sekutu utama Gerakan Patriotik Bebas, salah satu partai politik Kristen paling penting di Libanon, yang didirikan oleh Presiden Michel Aoun.
Pada pekan lalu, Aoun secara tidak langsung mengkritik Hizbullah karena membuat tegang hubungan dengan negara-negara Teluk serta dominasi militernya sebagai kelompok bersenjata di Libanon. (hanoum/arrahmah.id)