BEIRUT (Arrahmah.com) – Hizbullah Libanon mengatakan pada Minggu (12/1/2020) bahwa sudah waktunya bagi sekutu Iran mulai bekerja untuk membalas dendam atas pembunuhan Mayor Jenderal Qassem Soleimani meskipun itu akan menjadi “jalan panjang” agar tujuan mengeluarkan pasukan AS dari wilayah tersebut tercapai.
Hassan Nasrallah juga membantah bahwa jenderal Iran telah berencana untuk meledakkan kedutaan besar AS, seperti diungkap Presiden AS Donald Trump.
Hizbullah, sebuah kelompok bersenjata lengkap yang ditunjuk sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, didirikan pada 1982 oleh Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan merupakan bagian penting dari aliansi regional pimpinan Teheran yang dikenal sebagai “poros perlawanan.”
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Nasrallah mengatakan bahwa komandan yang dibunuh, Soleimani, adalah wakil Iran di wilayah tersebut, dan bahwa ia telah meminta milisi pro-Iran untuk mengirim para militannya ke Irak.
Nasrallah menekankan peran Soleimani di Suriah, Irak, dan Yaman, mencatat bahwa Soleimani sering berkunjung ke Libanon.
Mengenai komandan tinggi Irak Abu Mahdi al-Mohandes yang dibunuh bersama dengan Soleimani oleh serangan pesawat tak berawak AS di ibukota Irak, Baghdad, pada 3 Januari lalu, Nasrallah mengatakan, “Al-Mohandes menganggap dirinya seorang tentara Qassem Soleimani.”
Nasrallah mengklaim bahwa jika bukan karena Soleimani dan al-Mohandes, “ISIS” akan menyebar ke Teluk Arab dan Timur Tengah.
Iran menanggapi pembunuhan Soleimani dengan meluncurkan rudal di dua pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan AS pada hari yang sama. Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khameini menyebutnya “tamparan” bagi Amerika Serikat dan mengatakan pasukan AS harus meninggalkan wilayah itu.
Meskipun kawasan itu tetap tegang, kedua pihak telah mundur dari mengintensifkan konflik sejak serangan Iran.
Nasrallah mengatakan pekan lalu bahwa sekutu Iran, yang meliputi pemerintah Suriah dan banyak kelompok paramiliter yang dibentuk dengan dukungan Iran di Irak dan Suriah, harus membantu membalas dendam yang tepat atas pembunuhan Soleimani.
“Saya percaya ini saatnya sumbu perlawanan untuk mulai bekerja,” katanya dalam pidatonya, Minggu (12/1).
“Pasukan perlawanan serius dan bertujuan untuk tujuan besar yang saya usulkan,” kata Nasrallah, merujuk pada tujuan melihat pasukan AS meninggalkan wilayah tersebut.
Pembalasan akan terjadi dalam “hari-hari, minggu-minggu, bulan-bulan mendatang,” katanya, menambahkan “ini adalah jalan yang panjang.”
Amerika Serikat menganggap Hizbullah bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri yang menghancurkan markas Marinir AS di Beirut pada Oktober 1983, menewaskan 241 prajurit, dan pemboman bunuh diri pada tahun yang sama di kedutaan AS. (Althaf/arrahmah.com)