BEIRUT (Arrahmah.com) – Pasukan Quds Iran (IRGC), mengirimkan amonium nitrat ke “Hizbullah” di Beirut sekitar waktu yang sama ketika sebuah kapal tanker berbendera Moldova tiba dengan membawa 2.750 ton amonium nitrat -zat kimia yang sama yang menyebabkan ledakan besar dan menelan pelabuhan Beirut dan daerah sekitarnya, media Jerman WELT melaporkan pada Rabu (19/8/2020).
Laporan sebelumnya telah menemukan bahwa “Hizbullah” memiliki stok zat tersebut di barat laut London dan Siprus, sementara laporan lain juga menunjukkan bahwa stok ada di Jerman dan Kuwait, ujar laporan WELT.
WELT, mengutip sumber keamanan Barat, melaporkan bahwa “Hizbullah” yang didukung Iran telah menerima pengiriman besar amonium nitrat dari Pasukan Quds Garda Revolusi Iran (IRGC).
Amonium nitrat, yang biasa digunakan dalam pupuk, juga dapat digunakan dalam produksi senjata.
Pada 16 Juli 2013, total 270 ton amonium nitrat dikirim dari Iran ke Libanon, dengan biaya sekitar 180.000 Euro (213.200 USD, dengan nilai tukar hari ini). Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 23 Oktober, 270 ton bahan kimia lainnya dikirim, dengan biaya sekitar 141.000 Euro, lansirWELT . Artikel tersebut menambahkan bahwa pengiriman ketiga telah dilakukan, tetapi jumlah yang dikirimkan tidak pasti.
Namun, tidak ada bukti yang menghubungkan pengiriman amonium nitrat “Hizbullah” dengan amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
“Hizbullah” membantah keras bahwa mereka menyimpan senjata di lokasi ledakan.
“Kami tidak memiliki apa-apa di pelabuhan: tidak ada depot senjata, atau depot rudal atau rudal atau senapan atau bom atau peluru atau amonium nitrat,” klaim “Hizbullah”. Namun, telah lama diasumsikan bahwa “Hizbullah” mengendalikan beberapa aspek operasi pelabuhan.
“Fakta bahwa sejumlah besar bahan peledak berada di Pelabuhan Beirut -yang telah lama dicurigai dieksploitasi oleh ‘Hizbullah’ untuk perdagangan dan penyelundupan gelap- menimbulkan pertanyaan yang meresahkan tentang apakah kelompok teror yang didukung Iran tersebut, memiliki niat untuk menyebarkan material itu dalam sebuah serangan,” tulis Jonathan Schanzer, wakil presiden senior di Foundation for Defense of Democracies (FDD).
WELT menuliskan bahwa Mohammaed Qasir dari “Hizbullah” sebagai kepala operasi pembelian.
Qasir, yang berbasis di Damaskus, Suriah, bekerja erat dengan unit Pasukan Quds yang berada di bawah pengawasan Komandan Iran Qassem Soleimani, yang tewas dalam serangan pada Januari 2020, tulis pengamat Washington Institute, Matthew Levitt pada Maret 2019.
Masih belum ada bukti eksplisit yang mengaitkan “Hizbullah” dengan nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut, tetapi banyak yang telah menunjuk mereka karena perilaku kelompok yang didukung Iran dan rekam jejak masa lalu yang memberikan indikasi bahwa kelompok itu kemungkinan terkait dengan bahan kimia yang disimpan di pelabuhan. (haninmazaya/arrahmah.com)