JODHPUR (Arrahmah.id) – Otoritas India telah memberlakukan jam malam dan memutuskan koneksi internet di daerah Jodhpur, ibu kota negara bagian Rajasthan di India utara, menyusul pertengkaran baru antara komunitas Hindu dan Muslim di sana.
Elizabeth Puranam dari Al Jazeera mengatakan ada “kehadiran polisi yang sangat berat” di area Gerbang Jalori, menyusul lebih banyak pertempuran antara kedua kelompok.
Bentrokan dimulai pada Senin (2/5/2022) selama festival keagamaan untuk kedua komunitas, yang masing-masing ingin mengibarkan bendera agama di daerah yang sama. Muslim menandai akhir bulan Ramadhan, dan umat Hindu merayakan festival yang disebut Parshuram Jayanti.
Keadaan telah tenang dalam semalam, dan shalat Idulfitri berlangsung pada Selasa (3/5) dengan damai. Namun, bentrokan antara umat Hindu dan Muslim kemudian meletus lagi setidaknya di lima wilayah berbeda di Gerbang Jalori.
“Media lokal mengatakan setidaknya 10 orang terluka dan satu orang dibawa ke rumah sakit,” kata Puranam.
“Polisi berusaha membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan gas air mata. Massa kemudian menyerang sebuah pos polisi dan melukai empat petugas.”
Jam malam akan tetap berlaku hingga tengah malam waktu setempat.
Ketua Menteri Rajasthan Ashok Gehlot telah mengirim sekretaris rumah dan pejabat seniornya ke daerah itu untuk memastikan kekerasan tidak meningkat, tambah Puranam.
Sentimen dan serangan anti-Muslim telah melonjak di seluruh negeri pada bulan lalu, termasuk pelemparan batu antara kelompok Hindu dan Muslim selama prosesi keagamaan dan penghancuran sejumlah properti yang sebagian besar milik Muslim oleh pihak berwenang.
Komunitas Muslim, yang merupakan 14 persen dari 1,4 miliar penduduk India, terhuyung-huyung dari fitnah oleh nasionalis Hindu garis keras yang telah lama mendukung sikap anti-Muslim.
Beberapa pemimpin partai nasionalis Hindu yang berkuasa di India, Bharatiya Janata Party, diam-diam mendukung kekerasan tersebut, sementara Perdana Menteri Narendra Modi sejauh ini bungkam tentang hal itu.
“Banyak bagian negara yang gelisah saat ini,” kata Puranam.
Para pemimpin Hindu di negara bagian Maharashtra – rumah bagi ibu kota keuangan India Mumbai – telah memberikan tenggat waktu 4 Mei kepada masjid-masjid untuk melepas pengeras suara mereka karena mereka mengatakan bahwa adzan adalah polusi suara, kata Puranam.
“Mereka meminta pengikutnya untuk pergi ke masjid pada Rabu dan memainkan lagu-lagu Hindu dengan volume dua kali adzan jika pengeras suara tidak diturunkan,” katanya. (haninmazaya/arrahmah.id)