IDLIB (Arrahmah.com) – Setidaknya 49 keluarga telah mengungsi di sebuah masjid di kota Idlib Suriah untuk melarikan diri dari serangan terhadap warga sipil oleh rezim Bashar Asad dan pasukan Rusia.
Cuaca musim dingin yang parah juga membuat hidup menjadi sulit, meskipun LSM Bulan Sabit Merah Turki telah memasok makanan dan selimut untuk para pengungsi.
Berbicara kepada kantor berita Anadolu Agency pada Selasa (31/12/2019), Abdullah Sharaf Al-Din, yang termasuk di antara mereka yang berlindung di masjid, mengatakan bahwa mereka harus meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pemboman yang dilakukan oleh Rusia dan rezim Suriah di daerah mereka.
Dia mengatakan dia berlindung di masjid dengan istri dan enam anaknya sembilan hari yang lalu, sembari berjuang untuk bertahan hidup di tengah musim dingin yang keras.
Istri Sharaf Al-Din mengatakan anak-anaknya sakit karena cuaca dingin.
Dia berharap perang akan segera berakhir sehingga mereka dapat kembali ke rumah.
Pengungsi lain, Fatima Ahmadi menjelaskan bahwa dia berlindung di masjid dua hari yang lalu dengan anak-anaknya untuk menghindari pemboman hebat di kotanya, Maarat Al-Numan.
Dia menunjukkan bahwa kondisi hidup mereka sangat buruk dan dia tidak bisa menemukan tempat selain masjid untuk melindungi anak-anaknya.
Ahmadi berterima kasih kepada semua organisasi dan badan amal yang telah mendukung dan membantu mereka, terutama di tengah cuaca yang dingin.
Menurut sebuah laporan, tercatat sejak November, gelombang serangan oleh rezim Suriah dan para sekutunya telah mengakibatkan lebih dari 264.000 warga sipil pindah dari Idlib ke daerah-daerah dekat perbatasan Turki.
Pada 20 Desember, rezim Asad dan sekutunya meluncurkan kampanye militer terutama di kota-kota Maarat Al-Numan dan Saraqib serta daerah pedesaan di sekitarnya.
Serangan udara di wilayah itu dihentikan setelah kunjungan ke Moskow oleh delegasi Turki yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Sedat Onal pada 23 Desember.
Turki dan Rusia sepakat pada September tahun lalu untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Sejak itu, lebih dari 1.300 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia di zona de-eskalasi ketika gencatan senjata terus dilanggar.
Lebih dari satu juta warga Suriah telah pindah menuju daerah dekat perbatasan Turki karena serangan hebat tahun ini.
Menurut Koalisi Nasional untuk Pasukan Revolusioner dan Oposisi Suriah, provinsi Idlib adalah rumah bagi sekitar tiga juta warga sipil, di mana 75% di antaranya wanita dan anak-anak.
Sejak meletusnya perang Suriah pada 2011, Turki telah menampung sekitar 3,7 juta warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka, menjadikannya negara tuan rumah pengungsi terbaik di dunia.
Ankara sejauh ini menghabiskan $ 40 miliar untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi, menurut angka resmi. (rafa/arrahmah.com)