BAGHDAD (Arrahmah.id) – Sebuah klip video mantan perdana menteri Irak, Nouri al-Maliki mengutuk Amru bin Al-Ash, salah satu sahabat Nabi Muhammad shalallahu alayhi wa sallam dan tokoh penting dalam sejarah Mesir, telah menjadi viral oleh pengguna media sosial di seluruh dunia.
Dalam video tersebut, Maliki mengklaim bahwa selama pemerintahan Bani Umayyah, umat Islam “Mengutuk Imam Ali, sepupu Nabi Muhammad sekaligus khalifah keempat dalam Islam, setelah shalat selama 70 tahun, hingga khalifah Umar Bin Abdul Aziz memerintahkan untuk mengakhiri kutukan tersebut.
Maliki, yang berpidato di pertemuan Syiah Irak saat merayakan Idul Ghadir, juga mengutuk Amru Bin Al-Ash, yang merupakan panglima Arab yang memimpin penaklukan Muslim atas Mesir pada 640 dan kemudian memerintah negara itu selama empat tahun. Maliki menggambarkan Al-Ash sebagai sosok yang “kasar”.
Pengguna media sosial bereaksi keras atas klaim dan hinaan Maliki, seraya menyerukan pihak berwenang Irak untuk menuntutnya.
Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (9/7/2023), Asosiasi Cendekiawan Muslim di Irak menegur keras Maliki, menggambarkan kata-katanya sebagai “kebohongan”.
“Nouri al-Maliki, sebagai pemimpin yang disebut (Koalisi Negara Hukum), menyebarkan delusi dalam gelombang baru pernyataan sektarian yang penuh dengan kebohongan yang dilaporkan oleh media pemerintah dan lainnya yang berafiliasi dengan partai-partai yang berkuasa,” bunyi bagian dari pernyataan.
“Ini merupakan penghinaan terhadap Sahabat Nabi shalallahu alayhi wa sallam dan sejarah Islam; Al-Maliki mencoba merusak pikiran dan pemahaman orang Irak. Ketika dia menyusun beberapa cerita dan menghubungkannya dengan sejarah, berusaha mengobarkan perasaan orang dan menghasut mereka untuk sektarianisme,” tambahnya.
Asosiasi juga mengatakan “kebohongan Maliki” menunjukkan sejauh mana “ketidaktahuannya tentang sejarah”, menyerukan partai politik yang berkuasa untuk memiliki posisi yang tepat terhadap klaim Maliki karena dianggap sebagai “kejahatan sejati”.
Abdullah Reshawi, seorang peneliti Kurdi tentang Islam, mengatakan kepada TNA bahwa apa yang dikatakan Maliki tidak dapat diverifikasi dalam buku-buku tentang sejarah Islam.
“Pemimpin Syiah seharusnya tidak mengeksploitasi cerita mencurigakan dalam sejarah Islam untuk tujuan politik dan menghasut isu sektarian; tindakan seperti itu bukanlah perbuatan negarawan sejati,” kata Reshawi.
Maliki adalah perdana menteri Irak selama dua masa jabatan berturut-turut dari 2006 hingga 2014 ketika ISIS menaklukkan sepertiga wilayah Irak.
Al-Ghadir dirayakan oleh komunitas Syiah pada Jumat (18 Dhul-Hijjah). Syiah mengklaim bahwa Nabi menunjuk Ali sebagai khalifah pertamanya dan Imam setelah dirinya, tetapi para sahabat “berkhianat” kepadanya.
Bin Baz, Ulama Saudi menggambarkan hadits tentang Al-Ghadir yang dibagikan oleh Syiah sebagai “tidak berdasar”. (zarahamala/arrahmah.id)