GAZA (Arrahmah.com) – Tentara “Israel” pada Rabu (16/7/2014) telah menembaki rumah sakit di lingkungan Shuja’iyya yang padat penduduk di bagian timur Kota Gaza, kantor berita Anadolu Agency melaporkan.
Direktur rumah sakit Al–Wafa Hospital, Basam Ashi mengatakan: “Artileri “Israel” yang ditempatkan di perbatasan timur Kota Gaza mengebom lantai ketiga dan keempat dari rumah sakit itu yang menyebabkan kerusakan bangunan rumah sakit dan menyebabkan kepanikan di antara pasien dan staf.”
Dia mengatakan bahwa pasien menolak untuk meninggalkan rumah sakit. Sebanyak 30 pasien lansia serta staf medis dan perawat dipindahkan ke lantai pertama.
Ashi mengatakan bahwa delapan aktivis solidaritas internasional dari Amerika Serikat, Venezuela, Prancis, Inggris, Swedia dan Spanyol telah tinggal di rumah sakit sejak Jum’at dalam upaya untuk melindungi rumah sakit itu dari pemboman “Israel” dan memberikan bantuan kepada pasien usia lanjut.
Pada Jum’at pagi, bagian dari rumah sakit itu hancur setelah pesawat tempur “Israel” membom lantai keempat dengan empat rudal. Bom selanjutnya terjadi di siang hari yang menyebabkan kerusakan serius pada bangunan itu.
Rumah sakit tersebut dikelola oleh Asosiasi Amal Al–Wafa untuk merawat dan merehabilitasi orang-orang dengan kebutuhan khusus dan sebagai tempat penampungan dan perawatan bagi tunawisma lanjut usia.
Tak lama sebelum penembakan itu, tentara “Israel” menghubungi pihak rumah sakit dan mengatakan bahwa semua orang harus dievakuasi pagi itu karena angkatan udara “Israel” berencana untuk mengintensifkan serangan udara.
Al-Ashi menjelaskan bahwa 14 pasien di rumah sakit tersebut, banyak dari mereka yang dalam kondisi lumpuh atau koma, tidak bisa dipindahkan. Dan bahkan jika mereka bisa dipindahkan, tidak ada tempat untuk membawa mereka.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza! Jika rumah sakit saja sudah tidak aman, dimana lagi tempat yang aman?
“Kami tidak bisa meninggalkan pasien kami, mereka tidak berdaya. Mereka tidak bisa bergerak, mereka tidak bisa berjalan, mereka tidak bisa makan, mereka bahkan tidak bisa menggaruk kepala mereka sendiri,” katanya.
Bahkan saat ia berbicara itu, suara tembakan brutal “Israel” mengguncang jendela rumah sakit.
Untungnya, kata staf dokter Hassan Sarsur, banyak pasien yang tidak sadar dan tidak menyadari apa yang terjadi.
Tapi bagi orang lain yang sadar, situasi ini menakutkan.
“Beberapa pasien wanita kami lumpuh tapi dalam keadaan sadar, dan pada malam hari mereka menangis ketakutan dan menggenggam tangan kami,” kata Sarsur.
Aya Abdeen, salah satu dari delapan perempuan di fasilitas tersebut, lumpuh dari pinggang ke bawah karena tumor di sumsum tulang belakangnya.
“Kemarin, ketika mereka mengatakan bahwa kami harus mengungsi dan dengan semua penembakan itu, tentu saja saya takut,” katanya kepada AFP.
“Ada penembakan di sekitar rumah sakit dan rumah sakit bergetar. Dan saya seperti yang Anda lihat, saya tidak bisa bergerak,” katanya.
“Kami adalah orang-orang sakit, di rumah sakit!”
Karam Shublaq menderita luka tembak di sumsum tulang belakang pada tahun 2006 dan juga lumpuh dari pinggang ke bawah.
Dia sedang dirawat karena luka itu dan dilengkapi dengan kantung kolostomi. .
“Kami bahkan tidak bisa bergerak dan mereka menghantam lantai empat gedung ini beberapa kali, sehingga mereka memindahkan kami ke sini.”
Untuk merawat pasien, staf rumah sakit itu bekerja dalam shift 24 jam, melawan kelelahan, bahkan juga rasa takut.
“Kami adalah manusia, tentu saja kami takut,” kata Sarsur.
“Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk melindungi pasien. Kami sudah mengevakuasi lantai empat dan sekarang kita sudah mengevakuasi semua lantai kecuali bagian penerimaan.“
Beberapa pasien telah dikirim kembali ke keluarga mereka, tetapi yang lain masih memerlukan perawatan medis.
Nur Okasha (16), telah tidur di rumah sakit itu selama seminggu untuk menjaga saudaranya Muhammad yang berusia 13 tahun yang telah koma selama beberapa bulan.
Dokter di rumah sakit itu telah meminta bantuan kepada lembaga-lembaga internasional dalam upaya untuk memberikan jaminan bahwa “Israel” tidak akan menargetkan rumah sakit itu.
Sekelompok aktivis asing telah tinggal di rumah sakit itu dengan harapan bahwa kehadiran mereka mungkin bisa menghalangi serangan lebih lanjut.
“”Israel” mengatakan kepada lembaga internasional bahwa rumah itu bukanlah target, tapi hanya daerah di sekitarnya. Tapi nyatanya mereka telah menghantam kami secara langsung,” kata Sarsur.
“Kami tidak berdaya, perang datang kepada kami dan tidak ada yang bisa kami lakukan untuk menghentikannya.” katanya kepada AFP.
(ameera/arrahmah.com)