Pertama kali saya menggunakan prgram linux, saya menyesal…. ” Ujar Fida Yaser Jundi.
Ya. Menyesal. Fida Yaser Jundi, warga Saudi Arabiya ini bukan bercanda. Ia serius lantaran yang dimaksud penyesalan di situ adalah penyesalan mengapa ia tidak sejak dulu meggunakan linux.
Menyesal karena sebenarnya ia sudah lama menginstall linux ke dalam note booknya. Tapi selama bertahun-tahun, program itu nyaris tak pernah dipakai. Tapi setelah mengoperasikan linux, ia merasakan kemudahan yang tidak dibayangkan sebelumnya. Belum lagi soal kecepatan dan pengamanan datanya. Dan yang paling menenangkan, menurut Yaser Jundi, ia merasa merdeka dari kungkungan Microsoft yang selama ini menjadi gurita menguasai komputer dunia. “Kemudahannya tidak terduga sebelumnya, ” ujar Yaser. “Semula saya mengira perlu waktu lama untuk transisi dari windows ke linux ini. Tapi saya ternyata segera mampu menguasai penggunaan open office sejak hari pertama saya menggunakannya, tanpa kesulitan berarti, ” tambahnya.
Setiap perusahaan bisnis manapun memang punya hak untuk mengembangkan produk mereka demi menggalang keuntungan sebesar-besarnya melalui media massa untuk tujuan bisnis. Tapi ia tidak boleh melakukan monopoli untuk keuntungan produknya. Ia juga tidak boleh menjadi pemain satu-satunya di dunia produk bisnisnya. Siapapun yang mempelajari sejarah Microsoft, akan mencatat sejumlah konflik yang berujung pada gugatan pengadilan antara Microsoft dengan perusahaan lain. Microsoft juga mempunyai catatan perseteruan dengan sejumlah pemerintahan negara. Kita bisa lihat tiga kasus paling besar yang melibatkan Microsoft adalah masalah Apel, Netscape dan Real Player. Sementara masalah yang terkait dengan pemerintahan negara, beberapa waktu lalu Microsoft harus membayar ganti rugi jutaan dolar pada Uni Eropa karena tidak komitmen dengan undang-undang anti monopoli di Uni Eropa. Kasus ini masih disidangkan sampai saat ini.
Tentu saja artikel ini tidak dalam posisi menentukan vonis dan menghakimi. Tapi kepentingan kita, khususnya dunia Islam adalah untuk lebih berhati-hati dan waspada, tidak mudah tergerak oleh gejolak media massa. Seharusnya, dunia Islam patut khawatir bila langkah melek komputer saat ini di berbagai tempat justru dimulai dengan mendalami program windows dan office versi Microsoft. Mengapa pula dunia Islam justeru mengeluarkan uang jutaan dolar untuk windows dan turunannya? Jika ternyata ada yang lebih murah dan lebih aman, yang bisa membebaskan diri dari kerajaan microsoft? Apalagi dari aspek dukungan teknologi yang kini makin lengkap.
Program “Melek” Laptop Pemerintah Thailand
Sebenarnya apa yang dilakukan pengguna komputer di Thailand bukan hal baru. Mungkin sudah pula ada sjumlah negara yang lebih dulu melakukan hal yang sama. Di Thailand, kurang lebih dua tahun lalu telah dimulai proyek penjualan ratusan ribu komputer note book untuk rakyat Thailand dengan harga murah. Pemerintah Thailand juga berupaya menjalin kontrak dengan perusahaan Microsoft untuk memperoleh harga murah untuk setiap software milik mereka yang akan digunakan. Tapi, Microsoft menolak tawaran seperti itu. Penawaran Menteri Teknologi Informasi dan Komunikasi Thailand sulit diterima oleh Microsoft karena harus mnjual PC Windows dan Office on board dengan target harga sekitar US$ 250.
Karena ditolak, pemerintah berinisiatif untuk menambahkan sejumlah program komputer yang ditawarkan kepada rakyatnya melalui program linux yang bisa diperoleh secara cum-cuma, berikut program terbuka pelatihan linux yang juga diselenggarakan tanpa pungutan biaya. Pemerintah memberi pelatihan untuk operasi program Star Office yang mirip dengan program Microsoft office.
Proyek ini ternyata sukses besar. Pemerintah berhasil menjual 300 ribu komputer laptop dalam waktu 8 bulan. Dan setelah diteliti, keberhasilan penjualan dan program pemerintah itu mengurangi penggunaan microsoft di Thailand hingga hanya 40% saja. Microsoft pun akhirnya berpikir untuk menurunkan harga jual windowsnya di Thailand dengan penurunan harga luar biasa, yakni 85%. “Bayangkan berapa margin keuntungan sebelumnya yang diperoleh Microsoft sebelum harganya dipotong sebesar itu?” ujar Yaser.
Tapi Kementerian informasi Thailand hanya mau membeli program microsoft sebesar 37 dolar saja, karena tahu Microsoft tengah terdesak karena kondisi pasarnya mengerucut tajam di Thailand. Pemerintah Thailand ternyata berhasil melakukan proyek melek lap top. Ribuan warga Thailand yang sebelumnya tidak memiliki komputer, kini mereka sudah memilikinya. Dan mereka sejak awal sudah langsung menggunakan linux, sehingga tak ada kesulitan berarti bagi mereka.
Bahkan pemerintah Thailand menyediakan satu laptop untuk satu anak, yang akan diberikan secara gratis kepada seluruh siswa Sekolah Dasar (SD). Proyek yang digawangi oleh Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra ini akan membagikan komputer note book, One Laptop Per-Child (OLPC) kepada seluruh siswa SD yang akan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Laptop yang disediakan jenis laptop murah hasil garapan Nicholas Negroponte, profesor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang hanya dihargai sekitar US$ 100 atau sekitar Rp 1 juta. Laptop jenis ini memang ditujukan khusus untuk memenuhi kebutuhan anak sekolah di negara-negara berkembang.
Selain penggunaan linux yang ternyata lebih menguntungkan, Yaser mengutip ungkapan berbahasa Arab yang berbunyi, “Jangan melarang tentang sesuatu, jika kamu sendiri melakukannya. ” Fida mengatakan sudah lama menginstal linux dalam note booknya. Tapi bertahun-tahun juga ia tetap lebih nyaman menggunakan windows. Maka, jadilah ia menyesal seperti yang diungkapkan di awal tulisan. Apalagi saat ini, di negeri kita undang-undang anti pembajakan software juga sudah mulai digulirkan pemerintah. Bagaimana dengan Anda setelah membaca artikel ini? ( na-str/almjtama’ )