SAN FRANSISCO – Ternyata yang gratis belum tentu paling diminati. Fakta ini terungkap dari para pengembang device high end yang lebih memilih menggunakan Linux seri komersial ketimbang yang non komersial. Hal itu dimaksudkan untuk membangun performa tingkat tinggi bagi produk yang akan dipasarkan.
Penelitian ini dikerjakan oleh Evans Data Corporation pada bulan lalu dengan menanyai 400 pengembang open source dan menemukan fakta bahwa distribusi Linux versi non komersil masih menjadi andalan bagi pengembangan situs dan sistem-sistem yang terintegrasi.
Namun dari penelitian itu juga terungkap hal lain. Dilaporkan bahwa untuk industri barang-barang high-end, pengembangan perusahaan besar dengan sistem dan pengembangan pusat datanya yang besar, mereka lebih memilih menggunakan Linux berbayar.
“Sifat yang diusung open source serta keberadaan kode program Linux, menarik para pengembang untuk menyelesaikan sistem yang kompleks dan proyek-proyek besar beresiko tinggi,” papar presiden dari Evans Data Corp John Andrews dalam keterangannya yang dikutip dari vnunet, Senin (22/9/2008).
“Dengan kelebihan yang ditawarkan Linux komersil serta aplikasi konfigurasi dan manejemen yang dijanjikan bisa didapat dari Linux komersil, membuat mereka lebih cenderung memilih itu,” tambah Andrews.
Survei ini memaparkan fakta bahwa Ubuntu meraih tingkat distribusi paling tinggi dengan pencapaian 24 persen dari keseluruhan responden, diikuti oleh Red Hat Linux dengan 21 persen, dan Red Hat Enterprise dengan 19 persen.
Selain itu, muncul juga nama VMware sebagai mesin teknologi virtual paling populer dengan hampir sepertiga pengembang yang ada di dunia menggunakan itu dan Apache/BSD-style atau GPL2 yang sejauh ini masih menduduki posisi wahid sebagai model lisensi open source paling populer. Sebaliknya, GPL3 dan LGPL malah kalah pamor di daftar para pengembang. (okz)