YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Tayangan televisi bertema Ramadhan dinilai hanya sekadar hiburan berwajah “ibadah” alias hiburan yang di-islamisasi-kan, karena program televisi pada bulan puasa paling banyak masih dikemas dalam kategori sinetron, demikian yang dikatakan peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ratna Noviani.
“Dalam kajian yang dilakukan terhadap delapan stasiun televisi swasta ditemukan sembilan kategori program yang terkait tema Ramadhan. Di antara program tersebut, paling banyak dikemas dalam kategori sinetron,” katanya, di Yogyakarta, Jumat (12/8/2011).
Ratna mengungkapkan bahwa program Ramadhan yang dikemas dalam kategori sinetron sebanyak 29 tayangan setiap hari, diikuti “infotainment” 15 tayangan, pengajian/dakwah (13), komedi (10), “reality show” (10), kuis (10), “feature” (8), musik (5), dan “talkshow” (1).
“Kajian mendalam terhadap kategori program bertema Ramadhan di delapan stasiun televisi swasta itu menunjukkan sebagian besar program berbentuk ‘Ramadhan-tainment‘,” kata Ketua Pusat Studi Komunikasi dan Media Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.
Misalnya, program pengajian tidak lagi asketis, tetapi berubah menjadi perayaan atau selebrasi dengan “setting” yang megah, panggung gemerlap, dan penuh hadiah jutaan rupiah.
Program Ramadhan hanya sekedar “mendakwahkan” program hiburan dengan menyelipkan tausiah dalam program musik dan berbusana muslim ketika membawakan kuis.
Ratna mengungkapkan penelitian tersebut dilakukan dengan mengamati program televisi swasta nasional selama tiga hari pertama Ramadhan 1432 Hijriyah, yang disandingkan dengan penerimaan penonton terhadap tayangan televisi yang dilakukan dengan metode “Focus Group Discussion” (FGD) yang melibatkan responden 24 ibu rumah tangga berpendidikan SMP dan SMA.
Hal yang diperoleh dari hasil FGD, menunjukkan ibu-ibu rumah tangga yang menjadi informan dalam penelitian itu ternyata tidak menyambut antusias bermacam program Ramadhan yang ditawarkan televisi.
Hasil FGD mengungkapkan “Wajah ‘Islami’ merupakan strategi agar program televisi lebih laku dan banyak ditonton.
Dari FGD juga terungkap bahwa penonton berharap program edukatif lebih diperbanyak, sedangkan program ‘infotainment’ dan sinetron dikurangi.
Beginilah wajah media yang tidak bertujuan untuk membuat masyarakat lebih baik. Wajah tontonan di Indonesia masih sebatas tontonan pengumpul pundi-pundi harta bagi stasiun televisi, sedangkan moral masyarakat masih banyak diremehkan dan diabaikan. (ans/arrahmah.com)