JAKARTA (Arrahmah.com) – Peneliti Center For Democracy and Sosial Justice Studies (CeDSoS), Umar Abduh menuding Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang juga anggota dewan pengarah pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK), AM Hendropriyono ternyata masih memiliki kekuatan di internal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Menurutnya pengaruh Hendro di insitusi TNI masih cukup kuat hingga saat ini. Sebab Hendro masih memiliki orang yang saat ini duduk di posisi strategis TNI. “Dia memiliki menantu bernama Andika Perkasa yang merupakan Kadispenad TNI saat ini. Jadi dia bisa memerintahkan menantunya tersebut,” ujar Umar dalam jumpa pers di restoran Dapur Selera, Jakarta Selatan, Selasa (10/9).
Dikutip dari Gatra.com, Umar mengatakan, salah satu bukti jika Andika Perkasa masih dalam perintah Hendropriyono untuk bermanuver di Pilpres, ditunjukkan dengan perbedaan sikap Andika Perkasa dengan Panglima TNI Jenderal TNI Moedoko dalam isu keberpihakan Babinsa.
Sebab dalam isu tersebut, kata Umar, memang Hendro (mertua) dan Andika (mantu) ini sengaja memainkan untuk menjatuhkan pihak Capres lain. “Menurut saya selama Hendro masih bisa melakukan manuver di Pilpres, bisa jadi Andika Perkasa masih dalam kuasanya. Contohnya dalam isu babinsa kemarin. Bagaimana bisa Kadispen berbeda sikao dengan Kapuspen, dengan Panglima,” kata Umar.
Selanjutnya Umar menceritakan, hubungan dekat itu sudah terjalin lama sejak Hendropriyono masih menjabat sebagai Kepala BIN dan Andika Perkasa masih berpangkat mayor. Saat itu, kata Umar, keduanya memang sangat konsen memerangi terorisme dengan menciptakan sel-sel teroris dari luar negeri untuk dihidupkan di Indonesia.
“Dua orang ini tandem yang manuvernya mengacaukan, saya tidak ada urusan dua orang itu bermusuhan dengan Prabowo. Tapi di momen pilpres ini harus dibuka,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, seorang warga di kawasan Jakarta Pusat diresahkan oleh pendataan mengenai pilihan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2014.
Pendataan itu dilakukan oleh orang yang mengaku anggota Babinsa. Pria itu juga mengaku berdinas di bawah kontrol Koramil.
Dalam pendataan itu, warga diarahkan untuk memilih pasangan yang diusung Partai Gerindra, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Komandan Kodim 0501 Jakarta Pusat Letnan Kolonel Infantri Yudi Pranoto mengatakan, telah terjadi kesalahpahaman antara warga dan anggota Babinsa.
Yudi membantah pemberitaan di media bahwa seorang anggota Babinsa mendata pilihan warga terhadap dua pasangan calon presiden dan wakil presiden menjelang Pilpres 2014. Dirinya memastikan, kedatangan anggota Babinsa ke lingkungan tempat tinggal warga hanyalah tugas rutin.
Pernyataan Dandim itu langsung dibantah warga kawasan Jakarta Pusat. “Saya sudah 30 tahun tinggal di sini, tetapi belum pernah ada anggota Babinsa yang datang,” ujar Ka, warga tersebut.
Pernyataan serupa juga diucapkan warga lain, Su dan Ba. “Tidak pernah ada Babinsa yang datang, apalagi minta data pemilu. Paling cuma RT yang datang,” ujar Su.(azm/arrahmah.com)