Abdul Rasheed Wagay (57) hanya mampu memandang dengan mata berkaca-kaca ke arah pohon apel di kebunnya yang ditebangi orang di daerah Kanidajan, Kashmir.
“Tidak ada yang tersisa. Mereka menebangi pohon kami seperti kambing,” keluh Wagay sambil menjelaskan bahwa pohon apel adalah satu-satunya sumber pendapatannya.
Wagay mengatakan pada TwoCircles, Departemen Kehutanan Jammu dan Kashmir menebang ribuan pohon apel di Kanidajan yang lokasinya 50 kilometer dari Srinagar.
Dia bersama anggota masyarakat Gujjar dituduh telah melanggar batas hutan oleh Departemen Kehutanan Jammu dan Kashmir.
Mereka mengatakan hampir 50 aparat Departemen Kehutanan Jammu dan Kashmir telah tiba dengan kapak dan gergaji pekan lalu dan menebang pohon di beberapa hektar tanah yang digunakan oleh 30 keluarga.
Bulan lalu, pemerintah setempat pun telah melakukan pembongkaran besar-besaran di daerah Pahalgam dan merobohkan masyarakat Gujjar dan Bakarwal.
Pemerintah mengklaim bahwa mereka telah mengambil 700 kanal tanah yang dirambah oleh perambah di Pahalgam.
Penduduk desa mengatakan bahwa menebang pohon apel mirip dengan kebijakan “Israel” yang menebang pohon zaitun milik warga Palestina.
“Inilah yang dilakukan Israel di Palestina. Disana mereka menebangi pohon zaitun, namun disini pemerintah Jammu & Kashmir menebangi pohon apel,” kata Mudasir Ahmad, seorang siswa.
“Kehilangan rumah dan tanah adalah perasaan yang aneh. Kami merasa seperti orang luar di tanah kami sendiri,” kata seorang warga lainnya, Mohammad Ashan Wagay.
Ahsan Wagay mengatakan kepada TwoCircles bahwa dia bersama tetangganya telah bercocok tanam di lahan di desa Kanidajan sejak beberapa dekade.
“Awalnya kami membudidayakan kentang, kacang-kacangan dan makanan lainnya, tetapi kemudian kami menanam pohon apel karena lebih menguntungkan dan menghasilkan lebih banyak pendapatan,” kata Ahsan Wagay.
Sekarang dia tidak punya apa-apa lagi untuk memberi makan keluarganya.
“Saya sudah tua, saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk memberi makan keluarga saya. Pemerintah macam apa ini yang tidak memikirkan orang miskin?” tanya Ahsan Wagay. (hanoum/arrahmah.com)