JAKARTA (Arrahmah.id) – Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (Kanker) dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban buka suara soal laporan data ratusan mahasiswa Bandung terinfeksi HIV.
Sebagai pakar yang pertama kali menemukan kasus HIV di Indonesia di tahun 1980-an, ia menyebut mahasiswa memang termasuk kelompok yang mudah terpapar.
Dia menambahkan, rentang usia remaja hingga dewasa muda dikaitkan dengan banyaknya perilaku seks berisiko hingga penggunaan narkotika.
“Kenapa? Karena waktu kita muda dulu kan selalu ingin mencoba-coba yang baru. Jadi perilaku remaja uang ingin mencoba narkotika dan dengar-dengar atau terpengaruh mengenai hubungan seksual,” terang Prof Zubairi saat ditemui Gedung Dr R Soeharto, Kantor PB IDI, Jakarta Pusat, Selasa (30/9/2022), dikutip dari Detik.com.
Kemudian, lanjutnya, ada sekali masalah ekonomi, banyak remaja yang berasal dari keluarga kurang beruntung yang memerlukan banget dukungan ekonomi.
“Itu yang kemudian timbulnya adalah prostitusi anak,” ujar Prof Zubairi.
Meski begitu, ujarnya, temuan 400-an mahasiswa terinfeksi HIV di Bandung tidak menandakan perlunya perhatian tinggi di kelompok tersebut. Terlebih, jika obat dikonsumsi secara teratur, aktivitas keseharian pasien bisa berjalan seperti biasa dan tetap produktif.
“Mahasiswa adalah kelompok 18-25 tahun itu memang kebetulan termasuk kelompok yang lebih mudah terkena HIV. Tapi tolong diingat seolah-olah gawat banget, nggak,” terangnya.
“Sekarang ini pasien yang berobat dengan baik dan teratur, dan tidak putus obat itu terkontrol baik, cukup banyak yg hidup produktif aktif di atas 20 tahun, ada beberapa yang di atas 25 tahun, ada 1-2 yang tetap hidup sehat setelah konsumsi obat setelah 28 tahun,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)