(Arrahmah.id) – “Israel” telah melakukan serangan-serangan terhadap infrastruktur militer di Suriah dan Libanon, kata militernya, di tengah-tengah kekhawatiran bahwa serangan negara itu terhadap Hamas dapat berkembang menjadi konflik yang lebih luas di seluruh Timur Tengah.
Jet-jet tempur “Israel” menyerang peluncur roket di Suriah dan target-target Hizbullah di Libanon sebagai respon atas peluncuran roket-roket sebelumnya ke wilayah “Israel”, militer Israel mengklaim pada Senin (30/10/2023), lansir Al Jazeera.
Beberapa serangan udara menargetkan pos-pos militer di kota Daraa, Suriah barat daya, kata kementerian pertahanan Suriah, yang menyebabkan “sejumlah kerugian material.”
Kementerian tersebut mengatakan bahwa “Israel” telah menyerang sekitar pukul 1:35 pagi “dari arah Golan Suriah”.
Militer “Israel” telah terlibat dalam pertempuran lintas batas dengan kelompok bersenjata Hizbullah Libanon dan telah melancarkan serangan udara berulang kali di Suriah sejak meluncurkan perang terhadap Hamas.
Amerika Serikat juga telah melakukan serangan terhadap Suriah sebagai tanggapan atas peningkatan tajam dalam serangan roket dan pesawat tak berawak terhadap pasukannya di Suriah dan Irak, yang dituduhkan kepada kelompok-kelompok proksi yang didukung oleh Iran.
Pada hari Kamis, Pentagon mengatakan bahwa mereka telah melakukan serangan terhadap dua fasilitas di Suriah yang digunakan oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran dan kelompok-kelompok yang didukung Iran setelah Presiden Joe Biden sebelumnya berjanji untuk menanggapi serangan-serangan terhadap personil Amerika Serikat.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memperingatkan akan adanya eskalasi regional jika “Israel” melanjutkan perangnya melawan Hamas, dengan mengatakan pada awal bulan ini bahwa, “Umat Islam dan pasukan perlawanan akan menjadi tidak sabar, dan tidak ada yang bisa menghentikan mereka.”
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa konflik ini dapat meluas “di luar batas-batas Timur Tengah” jika “Israel” tidak menghentikan pembomannya terhadap Gaza.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada Ahad (29/10) mengatakan dalam sebuah wawancara dengan ABC News bahwa ada risiko “nyata” bahwa perang akan meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan kepada CNN pada Sabtu bahwa negaranya tidak ingin melihat perang menyebar dan bahwa “sangat salah” bagi Washington untuk menyalahkan Teheran atas serangan-serangan terhadap pasukannya tanpa memberikan bukti.
Iran, yang mendukung Hamas dan Hizbullah, telah membantah berperan dalam serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap “Israel”. Para pejabat AS dan Israel mengatakan bahwa mereka belum menemukan bukti keterlibatannya.
Namun, para pejabat pemerintah Iran menyampaikan ucapan selamat kepada kelompok bersenjata Palestina itu, dan menggambarkan serangan mendadak tersebut sebagai kemenangan bagi “perlawanan anti-Zionis”. (haninmazaya/arrahmah.id)