JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, menilai, saat ini muncul kecenderungan maraknya fundamentalisasi dan liberalisasi agama. Keduanya seperti menjadi tren wacana pemikiran di kalangan anak muda.
“Mereka yang di kampus-kampus umum, karena kurangnya pengetahuan terhadap agama, malah lebih menyukai pemikiran Islam yang cenderung keras, radikal dan ekstrim,” terang Hasyim dalam sambutannya pada Pelantikan Pengurus Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar NU dan PP Ikatan Pelajar Putri NU periode 2009-2012 di Gedung Smesco, Jakarta.
Di sisi lain, kalangan muda yang berada di kampus-kampus berbasis agama, lebih tertarik terhadap wacana Islam liberal.
“Mereka, mungkin saja karena sebelumnya sudah terlalu paham agama; lulusan pesantren, lalu bosan, akhirnya mencari pemikiran yang lain yang baru,” jelas Pengasuh Pesantren Al Hikam, Depok, Jawa Barat, itu.
Keberadaan organisasi kemahasiswaan yang berpaham Islam moderat, seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) atau Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), menurut Hasyim, justru tidak bisa diharapkan lagi perannya. “Terutama PMII, yang sudah lama ‘meninggalkan’ kampus dan lebih banyak di ‘jalanan’ (aksi demonstrasi),” tandasnya.
Kondisi demikian, imbuh Hasyim, tentu malah menyuburkan keberadaan paham Islam radikal atau sebaliknya: Islam liberal. Pasalnya, organisasi semacam PMII atau HMI tak lagi memperhatikan pengkaderan mahasiswa yang muslim.
Hasyim menilai, IPNU dan IPPNU yang berpaham Islam moderat ala Ahlussunnah wal Jamaah, masih berada di jalur semestinya. Karena itu, ia meminta kedua organisasi tersebut lebih berkonsentrasi mengurus pengkaderan di tingkat pelajar dan santri yang diharapkan dapat menjadi generasi NU masa depan.
Selain itu, IPNU dan IPPNU diwanti-wanti agar tidak terlibat dalam politik praktis. Keduanya harus bisa bermanfaat di tengah ketidakberdayaan organisasi-organisasi pemuda lainnya. Caranya, menyiapkan kader-kader yang mampu bekerja untuk masyarakat.
“Tugas utama IPNU dan IPPNU adalah menyiapkan kader bangsa yang berkualitas dan ikut berkontribusi menyelesaikan persoalan bangsa. Jangan terburu-buru ikut politik praktis,” pinta Hasyim. (hdytlh/arrahmah.com)